Bukan Ku Tak Peduli, Hanya Saja Ku Tahu Kau Mampu Melewati Hari
Olret – "Aku mau ngomong sesuatu." Rere mengetikkan pesan whatsappanya pagi itu untuk Rendi. Sejak semalaman, ia memikirkan hal yang membuatnya merasa tak nyaman, dan ia pikir Rendi perlu tau mengingat hal itu ada kaitannya dengan Rendi.
Rere kemudian meninggalkan ponselnya di kamar. Ia pun mulai membereskan rumah,dan mandi. Ia berencana untuk pergi kesuatu tempat hari ini. Dua jam berlalu. Rendi tak kunjung membalas pesannya.
Rere hanya berpikir mungkin beban kerja Rendi hari ini sedang banyak, jadi ia tak sempat membalas pesan. Rere menaruh ponsel lagi. Menyalakan televisi. Menunggu waktu untuk ia segera pergi. Belum lama ia menonton tivi, ponselnya berdering. Dua notifikasi pesan masuk.
Olret – "Aku mau ngomong sesuatu." Rere mengetikkan pesan whatsappanya pagi itu untuk Rendi. Sejak semalaman, ia memikirkan hal yang membuatnya merasa tak nyaman, dan ia pikir Rendi perlu tau mengingat hal itu ada kaitannya dengan Rendi.
Rere kemudian meninggalkan ponselnya di kamar. Ia pun mulai membereskan rumah,dan mandi. Ia berencana untuk pergi kesuatu tempat hari ini. Dua jam berlalu. Rendi tak kunjung membalas pesannya.
Rere hanya berpikir mungkin beban kerja Rendi hari ini sedang banyak, jadi ia tak sempat membalas pesan. Rere menaruh ponsel lagi. Menyalakan televisi. Menunggu waktu untuk ia segera pergi. Belum lama ia menonton tivi, ponselnya berdering. Dua notifikasi pesan masuk.
"Mau ngomong apa?"
Rere membaca sekilas balasan Rendi. Tapi ia sedang sibuk menyiapkan barang-barang yang harus ia bawa ke rumah sakit. Dua pesan yang tadi masuk ke ponselnya dari Rendi dan Tante Sri yang memberi tahu jika ayah mengalami kecelakaan kerja. Rere pun kemudian pergi ke rumah sakit tempat ayah diberi tindakan dan ia belum membalas pesan Rendi.
"Nanti aja. Panjang. Sepertinya kita perlu ngomong penting. Aku lagi urus ayah kecelakaan kerja."
"Oke, Re. Aku kerja dulu ya." Hanya itu balasan Rendi. Rere hanya mengernyitkan dahi. Dasar nggak peduli, huft.
Dua jam berlalu. Ayah hanya perlu rawat jalan. Rere merasa bersyukur karenanyanya. Ia pun kemudian mengecek ponselnya. Tak ada pesan dari Rendi sedikitpun menanggapi ayah yang mengalami kecelakaan kerja.
"Jadi, sebenarnya kamu masih peduli padaku tidak sih?" Ucap Rere sambil memandangi foto Rendi di room chat mereka. Ia enggan mengirimkan pesan lagi kepada Rendi. Ia pun memberekan berkas administrasi ayah, lalu membawa ayah pulang.
Rere yang sedang tak enak badan seketika membaringkan dirinya setelah sampai rumah. Ayah sedang tidur. Ia hanya ingin beristirahat sejenak sebelum menggantikan Rida di toko.
Sayangnya, Rere tak bisa memejamkan mata. Selain karena kondisinya yang semakin tak baik, ia kesal dengan Rendi yang seakan-akan tak peduli dengannya. Tapi Rere tak mampu berlaku lebih jauh. Rere pun tak ingin mengganggu Rendi yang bisa saja ia memang memiliki beban kerja yang banyak hari ini.
"Aah ... tapi kan nggak secuek ini juga." Rere menutup matanya, membalikkan ponselnya disamping. Ia kemudian tertidur entah di menit keberapa.
Rendi bersandar pada kursinya. Menatap sisa berkas yang harus ia selesaikan hari ini juga. Sepertinya ia perlu lembur. Ia menghela napas berat, pdahal ia sempat berencana untuk menelpon Rere sepulang kerja nanti
Rendi mengambil ponselnya. Menatap pesan Rere, yang mengabari jika ayah mengalami kecelakaan kerja. Ia tahu jika Rere pasti sedang kewalahan, padahal Rere sedang tak begitu sehat. Rendi akan membalas pesan ketika Akbar berkatanya,
"Ren. Meeting nanti sore temenin gue ya. Elisa nggak bisa ikut. Di suruh tugas luar mendadak. Filenya udah gue kirim ke email."
Rendi, meletakkan ponselnya lagi. Mengecek berkas yang harus ia pelajari secepatnya sebelum meeting sore ini.
Rendi merebahkan dirinya. Pukul 11 malam ia telah sampai rumah. Ia pun mengecek ponselnya yang ia simpan dalam tas. Banyak pesan yang masuk. Tapi, ia mengacuhkannya dan membuka kontak Rere. Ia berpikir untuk menelponnya, hanya saja Rendi enggan, ia takut jika Rere sudah tertidur. Ia kemudian memilih untuk mengetikkan sebuah pesan,
"Re. Are you oke? Ayah gimana? Aku tahu kamu bisa melewati hari ini dengan baik, bagaimanapun keadaanmu yang sebenarnya. Aku tahu Rere bukan orang yang lemah. Bukan karena aku tak peduli, hanya saja maaf karena kamu harus tergeser karena pekerjaanku. Kalau nanti sudah bangun tidur, kabari ya. Semoga Ayah dan kamu baik-baik saja. Selamat tidur, Re."
Artikel ini merupakan kirimin dari Chintya Dewi