Tentang Kita yang Pernah Bertemu dan Akhirnya Berpisah Jua
- Freepik.com
Olret – Hanya sebentar saja durasi yang kunikmati bersamamu. Kita yang pernah bertemu tapi tak saling tegur sapa dan pernah merindu namun hanya semu. Keberadaanmu kini tak kuketahui, kemana akan aku cari sementara aku tak mengenali.
Bukan aku tak ingin menelusuri lebih dalam, hanya saja rasa penasaranku harus ku pendam. Aku lebih suka mendoakanmu dalam diam daripada harus mengumbar cintaku. Semenjak pertama kali aku melihatmu, doaku mengangkasa seketika, meminta tanpa lelah.
Dimana pun kini kau berada, aku tak pernah meminta izin padamu bahwa aku senantiasa menyebut namamu pada-Nya. Di hadapanNya aku terang terangan meminta, agar kelak kita kembali dipertemukan sesuai skenario-Nya. Jika memang aku dan kamu telah digariskan bersama, aku tidak khawatir sejauh apapun kita terpisah pasti akan dipersatukan juga.
Maaf Aku Menjauh dan Tak Bertemu Denganmu, Sebab Hatiku Tak Ingin Bergantung Padamu.
Aku tak ingin membawamu dalam lingkaran dosa. Membuat-Nya murka atas kedekatan kita yang bukan sepantasnya. Rasa yang pernah ada biarkan saja terukir menjadi kisah, bahwa antara aku dan kamu pernah bertemu dan akhirnya berpisah.
Aku malu pada-Nya, pernah menyatakan rindu padahal itu tidak seharusnya. Rasa malu ini sungguh memalukan, pernah merindukan namun belum menghalalkan.
Maafkan aku kini menjauhimu, bukan aku tak ingin memperjuangkanmu. Hanya saja, aku tak ingin hatiku bergantung padamu. Biarkan aku yang sengaja meninggalkanmu, aku tak kuat menanggung siksaan yang begitu berat jika masih terus melanggar syariat.
Maaf aku pergi. bukan karena benci, hanya saja ingin memperbaiki diri.
Aku Yakin Suatu Saat, Kita Bertemu Lagi Menikmati Senja, Karena Senja Terasa Indah Bila di Nikmati Berdua.
Senja sore ini selalu aku nikmati sendiri, berharap suatu saat nanti ada yang menemani. Duduk bersama dalam suasana hati bahagia. Sudah ribuan senja ku lewatkan begitu saja. Keindahannya belum sempurna, bila hanya aku yang selalu menantikan kehadirannya lalu melihatnya pergi hingga esok datang kembali.
Temani aku suatu saat nanti untuk kita nikmati berdua. Keindahan senja akan terasa berbeda jika kita nikmati berdua. Biarkan saja aku saat ini tanpamu. Karena aku yakin, dirimu yang belum terlihat olehku adalah sosok yang juga menyukai senja. Temani aku nantinya, menikmati senja berdua.
Jika Memang Kita Ditakdirkan Untuk Bersama, Kelak Kita Akan Disatukan Dalam Ikatan yang Halal Juga.
Mungkin perpisahan ini akan menyimpan luka di hati, tak menerima keputusanku untuk mengakhiri hubungan kita. Wajar saja, tak ada masalah antara kita berdua, semua baik-baik saja dan restu orang tua juga sudah ditangan. Memang aku berjuang mendapatkan restu orang tuamu, agar bisa menikah denganmu.
Karena saat ini secara finansial kita memang belum cukup, bukannya aku tak percaya Allah akan mencukupkan rezeki orang yang sudah menikah. Hanya saja aku juga ingin membahagiakanmu dan tak perlu menderita karena keadaan ku saat ini.
Biarlah Saat Ini Aku Bekerja Keras, Membanting Tulang dan Memeras Keringat. Semuanya Kulakukan Hanya Untuk Segera Menghalalkanmu.
Bersabarlah sejenak meski hubungan kita tanpa nama sekarang. Tak ada menikmati malam minggu berdua lagi, menonton bersama atau bahkan menikmati sunrise yang selalu menyajikan keindahan sang mentari yang ingin menerangi muka bumi ini.
Aku menghargai keputusanmu yang ingin berjuang bersama dari nol. Aku tak memungkiri nasehat orang tua yang menyebutkan menikahlah sebelum mapan, agar anak istrimu tahu artinya sama-sama berjuang. Hanya saja aku ingin punya bekal sedikit, biar kelak ada pegangan di kala susah.