Cerita Tentang Trauma dan Kekacauan Mahasiswa di Drama Korea The Eighth Sense
Sebaliknya, film ini mengandalkan empati penonton untuk menguraikan kepedihan sang protagonis. Kita dapat membayangkan keadaan traumatis ketika seorang anak muda yang kita kasihi meninggal tanpa daya di depan mata kita. Terlepas dari apa yang terjadi, situasinya pasti mengerikan dan memilukan.
Indra Kedelapan tidak menguraikan tragedi saudara laki-lakinya karena beberapa alasan. Pertama, hal ini menghindari pemicu pemirsa yang pernah mengalami pengalaman serupa. Kami tidak ingin melihat kematian seorang anak terungkap di layar.
Kedua, cerita tersebut menunjukkan bahwa trauma bersifat pribadi dan personal. Bukan tontonan publik untuk menggalang simpati. Para korban memikul beban itu seperti duri rahasia di dalam hati mereka.
Dan ketiga, kita tidak pernah bisa memahami betapa besarnya penderitaan Jae Won. Kita mempunyai gambaran kasar mengenai perjuangan emosionalnya, namun penderitaannya yang sebenarnya tidak dapat digambarkan.
Terapis menyebutkan bagaimana trauma Jae Won tidak akan pernah hilang. Dia harus mengatasi rasa bersalah, kesedihan, dan rasa sakit selama sisa hidupnya. Seringkali, Jae Won tidak bisa mengatasinya.
Dia menggunakan obat-obatan untuk meredakan nyeri, tetapi obat-obatan tersebut tidak cukup untuk mengurangi rasa sakitnya. Tidak ada yang bisa menyembuhkan gangguan mentalnya.
Kemerosotan ini mungkin berlangsung singkat atau berkepanjangan. Itu juga terjadi secara tiba-tiba, seperti malam yang tidak berbahaya bersama teman-teman. Trauma itu menakutkan karena muncul tanpa peringatan.
Anda mungkin mengambil tindakan pencegahan untuk meminimalkan titik pemicu, namun interaksi yang cepat akan membawa Anda ke titik terendah. Trauma bersifat mentah, acak, dan berulang.