7 Fakta Soal Program Makan Siang Gratis Bernutrisi Di Jepang. Ternyata Segini Anggarannya!

Ilustrasi makan siang gratis di Jepang
Sumber :
  • Indofood

Olret –Salah satu program Capres Prabowo Subianto dan Cawapres Gibran Rakabuming Raka, adalah mengadakan makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah. 

Nah, ternyata program ini sudah lama ada di berbagai Negara, Salah satunya Negara Maju Jepang

Bahkan makan siang di negara tersebut, benar-benar memperhatikan gizi yang diperlukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. 

Lebih jelasnya, Yuk kita tengok beberapa fakta soal makan siang gratis Di Negara Jepang. Semoga kelak Indonesia bisa menerapkannya sehingga pertumbuhan dan perkembangan generasi semakin optimal. 

1. Program Makan Siang Gratis Di Jepang Sudah Ada Sejak Tahun 1954 

Program makan siang di sekolah atau yang disebut dengan kyushoku (給食) di Jepang sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1889 tepatnya tahun ke-22 era Meiji. Program ini dilakukan di Prefektur Yamagata untuk anak-anak keluarga kurang mampu yang duduk di bangku sekolah dasar.

Kemudian tahun 1954, program ini diwajibkan oleh pemerintahan Jepang untuk semua sekolah dasar dan menengah. Hal ini menunjukkan jika pemerintah Jepang sangat memperhatikan gizi dan tumbuh kembang anak-anak.

2. Program Makan Siang Ini Menggelontorkan Dana Sekitar $2,50 per makanan (data 2019).

Program makan siang gratis termasuk program yang disubsidi pemerintah. Sehingga menggelontorkan biaya yang cukup besar yaitu $2,50 per makanan (data 2019). 

Dilansir dari Jawa Pos, subsidi dari pemerintah sebesar 50 persen dari biaya makan siang, sedangkan sisanya ditanggung oleh orang tua siswa.

3. Menu Makan Siang Disesuaikan Dengan Nutrisi Anak Yang Ditentukan Ahli Gizi 

Pemerintah Jepang memastikan bahwa menu makan siang untuk anak-anak tidaklah sembarangan. Wajib bernutrisi, seimbang dan bervariasi 

Semua makanan disiapkan dengan bahan makanan segar, mencakup 600-700 kalori, serta karbohidrat, protein, dan sayuran.

Sehingga menu makan siang disiapkan oleh ahli gizi untuk memastikan keseimbangan dan keberagaman makanan setiap hari.

4. Siswa Juga Belajar Soal Makanan Bergizi Yang Dikonsumsi 

Program makan siang gratis ini bukan hanya memastikan gizi yang diperoleh anak seimbang dan optimal. Tapi, juga menjadi ilmu baru, karena anak-anak akan dikenalkan dengan menu sehat yang mereka konsumsi. 

Konsep ini dikenal dengan konsep Shokuiku. Beberapa sekolah bahkan menyediakan tayangan harian tentang komponen nutrisi dari makan siang hari itu dan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar yang menyenangkan tentang nutrisi.

5. Siswa dan Guru Terlibat Dalam Persiapan Program Makan Siang Gratis

Bukan hanya belajar soal makan siang. Namun, dalam proses penyiapannya, siswa juga ikut serta. 

Setiap hari ada sekelompok siswa yang bertugas sebagai petugas makan siang, yang bertanggung jawab untuk mengambil makanan dari dapur, menyajikannya di kelas, membersihkan peralatan, dan membuang sampah. 

Siswa yang bertugas sebagai petugas makan siang akan mengenakan celemek, topi, dan sarung tangan, serta memeriksa suhu dan kualitas makanan sebelum disajikan. Sedang siswa yang tidak bertugas, menyiapkan meja kursi untuk makan. 

6. Program Makan Siang Gratis Terbatas Pada Gizi Yang Seimbang. Tapi Juga, Etika, Sosial, Emosional dan Intelektual 

Sebagaimana dijelaskan diatas program ini bukan hanya memastikan anak-anak mendapatkan gizi yang seimbang dan optimal. Tapi juga mendapatkan ilmu baru serta melatih aspek sosial dan emosional. 

Saat makan siang, siswa juga harus mengucapkan ‘itadakimasu’ sebelum makan dan ‘gochisousama’ setelah makan, sebagai tanda rasa hormat dan syukur atas makanan yang diberikan. 

Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa program makan siang di sekolah Jepang memiliki dampak positif bagi perkembangan siswa. 

7. Program Ini Berhasil Menurunkan Tingkat Obesitas, Gangguan Makan dan Mengoptimalkan Nutrisi Anak 

Program shokuiku telah membawa dampak positif bagi siswa, guru, dan keluarga. Ini termasuk peningkatan minat dalam nutrisi, kesadaran tentang makanan dan nutrisi, penurunan jumlah siswa yang melewatkan sarapan, serta peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.

Terbukti tingkat obesitas rendah dan gangguan makan teratasi dengan baik. Tentu saja, dengan mengoptimalkan nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan anak bisa pesat.