Soto Lamongan, Mulai dari Sejarah Hingga Spanduk Lukisnya

Soto Lamongan
Sumber :
  • google image

Olret – Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terkenal dengan kulinernya. Sebut saja pecel lele dan soto lamongan yang sudah tersebar di berbagai daerah Indonesia. Siapa yang yang tidak mengenal warung tenda khasnya ini?

Soto lamongan biasanya mudah ditemui di penjuru Indonesia. Soto yang identik dengan toping koya diatasnya dan kuah rempah kuning lezat ini memiliki sejarah tersendiri hingga bisa kita jumpai dengan mudah di berbagai sudut kota. Nah, berikut ini ulasan lengkapnya!

Sejarah Soto Lamongan

soto lamongan

Photo :
  • viva banyuwangi

Soto lamongan yang kamu biasa temui sekarang ini merupakan wujud akulturasi antara budaya tionghoa dan jawa secara keseluruhan. Menurut sejarawan Denys Lombard, hidangan kuah yang kita kenal dengan soto ini mulanya pertama kali populer di Semarang pada tahun 90an.

Masyarakat menyebut masakan caudo atau jao to dengan pelafalan yang lebih mudah yaitu soto. Karena banyak digemari oleh masyarakat luas, hidangan ini menjadi produk hybrid yang menyesuaikan dengan karakteristik masing-masing masyarakat daerah. Salah satunya adalah lamongan dengan soto khasnya.

Menurut berbagai sumber, soto lamongan sendiri mulai dikenal pada akhir 90-an. Pada saat itu, masyarakat Lamongan sudah banyak yang menganut agama islam. Sehingga soto yang pada dasar mulanyanya berisi potongan daging babi berganti menjadi potongan ayam.

Soto khas lamongan ini memiliki tambahan topik koya yang berasal dari kerupuk udang yang dihaluskan menjadi serbuk koya. Hidangan ini di masa lampau merupakan menu istimewa yang wajib disajikan pada momen lebaran.

Menjamurnya Penjual Soto Lamongan di Kota- Kota Lain

Soto Lamongan

Photo :
  • google image

Mungkin saja kamu juga bisa menjumpai banyak penjual soto lamongan di kotamu saat ini. Meskipun berbagai varian soto dari kota-kota lainnya. Tapi pernahkah kamu penasaran kenapa penjual soto dari lamongan begitu mudah dijumpai di berbagai penjuru kota.

Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata kebiasaan ini tak lepas dari pengaruh islam yang saat itu mendominasi kepercayaan di masyarakat. Sehingga berdagang menjadi cara untuk mendapatkan sumber pencaharian.

Pada jaman dahulu, penjual soto menjajakan dagangannya dengan cara dipikul dan dijual dengan berkeliling dari kampung ke kampung.  Semakin berganti tahun, maka penjual soto dari lamongan semakin bertambah, untuk itu secara otomatis mereka melakukan ekspansi dengan menjual hidangan yang jadi icon Lamongan ini di berbagai wilayah di luar kota asalnya.

Spanduk Lukis Yang Masih Eksis Sampai Sekarang

Selain tambahan koya, spanduk lukis khas warung tenda Lamongan juga menjadi tanda originalitas penjual yang menjajakan hidangannya. Ditengah kemudahan teknologi, sebenarnya sangat memungkinkan untuk menggunakan spanduk printing dengan berbagai desain menarik.

Akan tetapi para penjual ini tetap mempertahankan spanduk lukis hingga sekarang. Cara melukisnya dengan menggunakan selembar kain warna putih yang dilukis dengan berbagai warna dan gambar khas ala soto lamongan.

Selain mempertahankan ikon soto lamongan, spanduk ini juga ditujukan agar menyala dikala malam hari karena memantulkan cahaya sehingga lebih terlihatlah warung tersebut.

Nah, itulah beberapa fakta menarik tentang soto lamongan yang semoga bisa menambah wawasan tentang kekayaan nusantara yang begitu melimpah. Sebagai generasi muda, sudah saatnya kita melestarikannya bersama demi keberlangsungan hidup dimasa anak dan cucu nantinya.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya dan jangan lupa juga makan soto lamongan, apalagi mengajak saya, pasti rasanya lebih nikmat.