Menikah Itu Bukan Hanya Butuh Pintar, Tapi Sabar. Bukan Butuh Rupawan, Tapi Pengertian

Ilustrasi menikah
Sumber :
  • https://www.pexels.com/@Lưu Đức-Anh-547928

Olret – Bisa menikah dengan orang yang tepat dan menjalani rumah tangga bahagia adalah impian semua orang, termasuk dirimu. Namun kenyataannya, banyak rumah tangga serta pernikahan yang mengalami kegagalan karena berbagai alasan.

Oleh karena itu, agar tidak mengalami hal yang sama, serta rumah tanggamu bisa samawa sebagaimana impianmu. Akan lebih baik, jika sebelum menikah, kamu berupaya untuk mempersiapkan segalanya sebaik mungkin. Khususnya persiapan mental.

Sejak awal, sadarilah bahwa dalam pernikahan tidak akan selalu bahagia. Akan ada banyak ujian dan rintangan yang menghampiri, baik dari pasangan atau orang lain. Kamu harus mempunyai stok rasa sabar yang tak terbatas untuk berusaha menerima, mengerti, mencintai dan bertahan dengan pasangan yang kamu pilih.

Menikah Memang Butuh Kepintaran Untuk Mengelola Rumah Tangga Agar Mencapai Tujuan Yang Ingin Diraih Bersama.

Menjalani rumah tangga itu harus pintar. Wanita yang pintar meghandle segala urusan baik anak maupun suami, mengatur masalah ekonomi supaya cukup, bahkan sampai membantu suaminya untuk mencari tambahan rejeki.

Lelaki pun juga harus pintar, pintar dalam mengendalikan diri maupun emosi, pintar dalam mencari rejeki yang halal dan berkah, pintar serta adil dalam membagi nafkah antara keluarga inti, istri atau keluarganya sendiri, serta pintar dalam membangun keharmonisan juga keromantisan.

Karena itu, sebelum menikah, kamu atau pasanganmu sama-sama mempelajari, mencari lalu mempraktekkan ilmu pernikahan yang kalian dapatkan. Ilmu yang didapat baik dari agama juga wejangan orang tua.

Tapi Menikah Lebih Membutuhkan Stok Sabar Yang Tidak Terbatas, Apalagi Saat Ujian dan Godaan Menerpa

Selain pintar, saat menjalani biduk rumah tangga, kamu juga harus mempunyai stok sabar yang tidak terbatas. Apalagi, semakin mengenal pasangan, akan lebih banyak kekurangan sampai perasaan salah memilih yang akan menggoda hati untuk berkhianat. Belum lagi dengan berbagai ujian yang menghampiri.

Istri yang diuji saat suaminya tidak punya apa-apa, lalu ada tawaran dari pria lain yang terlihat lebih dari segalanya. Sebaliknya, suami yang diuji saat mempunyai segalanya (cukup mapan), dengan munculnya wanita lain yang seolah lebih baik dari istrinya.

Ditambah lagi, dengan ujian lain seperti tidak harmonis dengan mertua, masalah keturunan dan perubahan waktu ke waktu pada fisik pasangan.

Oleh karena itu, dalam pernikahan, punyailah stok sabar yang tidak terbatas. Selama pasanganmu tidak terlewat batas (menyakiti fisik atau psikis), cobalah beri kesempatan pada dirinya maupun keadaan supaya bisa diperbaiki bersama kembali. Namun, jika sudah menyangkut kekerasan, kamu punya hak untuk memutuskan hubungan yang tidak sehat lagi.

Menikah Tidak Harus Dengan Pasangan yang Rupawan. Karena Saat Kamu Tulus Mencintainya, Dia Otomatis Akan Jadi Yang Tercantik/Tertampan Di Hatimu

Jika fisik bisa menjamin pernikahan akan langgeng. Terbukti banyak aktris atau actor yang cantik/tampan, pada akhirnya tetap bercerai dan gagal membangun pernikahannya. Hal itu menunjukkan jika menikah dengan orang rupawan tidak menjamin rumah tangga akan bahagia sampai akhir.

Sebenarnya asal kamu tulus menerima pasanganmu, tulus mencintai dan ingin membahagiakan dirinya. Selain itu juga adanya sikap saling menghargai dan memperjuangkan satu sama lain. Maka kamu pasti akan melihat serta merasa pasanganmu adalah orang yang paling cantik/tampan yang pernah kamu temui. Sekaligus bersyukur pula, bisa memiliki dan bersanding dengannya sampai akhir.

Karena Pada Dasarnya, Menikah Lebih Butuh Saling Pengertian, Penerimaan dan Perjuangan Bersama

Rupa itu bisa berubah bersamaan dengan waktu. Selain usia, keadaan ekonomi, tingat stress dan kesibukan juga berpengaruh. Jadi wajar, pasanganmu tidak akan secantik/setampan seperti saat belum menikah denganmu. Tapi, hal itu bukan hanya berlaku dalam diri pasangan, kamu sendiri juga mengalami perubahan-perubahan itu.

Justru bersyukurlah, semakin dewasa dan menua, kamu diberikan kesempatan untuk menikmati semua fase kebahagiaan itu. Menikmati waktu-waktu berharga bersama anak dan pasangan, menikmati debar dan kasih sayang yang selalu utuh. Lalu, bisa beristirahat sambil menikmati usia tua dengan rasa bahagia lagi karena bermain dengan cucu-cucu kesayangan.

Jadi menikah itu tak butuh rupawan, tapi tepatnya saling mengerti, menerima dan memperjuangkan satu sama lain. Saat kamu sudah yakin serta memilih pasangan yang menurutmu tepat. Maka pastikan, bersamanya kamu menikmati segala perjuangan, ujian dan cobaan itu sampai akhir bersama. Pastikan, kamu bersyukur menemukan dan memiliki dirinya, dengan selalu berusaha membahagiakan dia.