Ikhlaskan Dia yang Memang Tak Tertakdirkan. Kelak, Ada Cinta Lain yang Lebih Menentramkan
- gmmtv
Olret – Kata orang, jatuh cinta hubungannya sangat erat dengan luka. Jika kita cukup siap untuk jatuh cinta artinya kita juga harusnya cukup siap untuk terluka. Aku tak tahu mana yang benar, luka dalam jatuh cinta seperti apa?
Apa tiap kali beradu argumen dan berdebat hingga terjadi pertengkaran kecil dapat menimbulkan luka? Ataukah tingkatan luka seharusnya menjadi lebih tinggi daripada itu?
Kenyataannya, masing-masing dari kita memiliki pemahaman luka yang berbeda dalam mengalami jatuh cinta. Dan masing-masing orang tidak sama ketika bicara tentang tingkatan luka yang dialaminya.
Mungkin semuanya terlihat baik-baik saja atau mungkin biasa saja dimata orang lain, tapi belum tentu hal itu juga sama ketika dihadapkan orang yang mengalaminya langsung.
Beberapa dari kita bahkan terlalu angkuh untuk mengakui bahwa kita harus siap terluka saat jatuh cinta. Segalanya menjadi rumit ketika logika dan hati mulai tak serirama dalam memutuskan sesuatu.
Kadang logika selalu bergelut dan tidak mau menerima jika perlakuan menyakitkan itu datang pada diri kita, namun hati selalu meyakinkan bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja. Dan mencintai seseorang sudah cukup untuk memaafkan segala kesalahannya.
Akan Ada Waktunya, Kita Harus Memilih Pergi dan Mengihklaskan Atau Memaksa dan Meminta Dirinya Untuk TetapTinggal.
Maka nantinya kita akan dihadapkan pada dua pilihan, pergi dan mengikhlaskan atau memaksa dan meminta dirinya untuk tetap tinggal. Meminta seseorang untuk tetap ada disisimu ketika bahkan dia ingin terbebas darimu bukanlah suatu hal yang bagus.
Terkadang kita harus berpura-pura baik-baik saja dan memastikan semuanya berjalan lancar sehingga menutupi tiap luka yang kita terima dengan topeng senyuman pura-pura bahagia.
Ketika hati sedang menangis sementara kita sedang memaksa untuk tersenyum, semua sendi dalam diri ini ikut bersedih. Seakan mereka paham apa yang sedang kita coba paksa untuk dipalsukan. Tapi kembali lagi terkadang kita melakukan pengampunan dan memaafkan karena kita terlalu sayang dan menggunakan hati perasaan.
Jika semuanya terlampau membuatmu jenuh dan tersiksa, tak ada salahnya untuk mencoba melepas. Melepas apa yang membuatmu selalu menangis sepanjang waktu.
Terkadang kita lupa memberi apresiasi kepada diri kita bahwa hingga kini dapat bertahan dan memiliki keinginan dan tekad yang baik merupakan bentuk penghargaan kita terhafal diri kita sendiri.
Pernah suatu hari seseorang bertanya kepadaku, "kamu sudah melupakannya?"
Aku tersenyum sambil menengadah langit, "perihal mengikhlaskan, kita semua masih harus terus belajar, bukan?"
Tak ada suara yang terbuka lagi kala itu. Kami sama-sama terdiam dalam imaji yang kita bangun dan bayangkan. Mengikhlaskan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan bahkan justru sebaliknya karena melibatkan perasaan yang begitu tulus.
Oleh karena itu untuk mengikhlaskan aku rasa semuanya masih harus terus belajar agar dapat lebih bahagia menjalankan proses dalam hidup kedepannya. Sebab satu yang kita harus percaya, Tuhan menggantikan setiap apapun yang pergi dalam hidup kita menjadi sesuatu yang lebih baik.