Meski Hubungan Kita Tanpa Status, Ku Harap Kita Menjadi Pasangan Halal Kelak

Cara Membedakan Cinta Tulus atau Palsu
Sumber :

Olret – Aku masih sering merasa tak percaya, apakah bersamamu adalah benar adanya. Sejak pertama kali pesanmu masuk ke dalam ponsel aku, sejak hari itu pula hari ku terasa berbeda.

Selalu ada namamu di setiap notifikasi yang masuk. Entah berisi cerita atau hanya bertegur sapa lalu pergi entah kemana. Lalu, hari demi hari berganti, pertemuan demi pertemuan terjadi, dan aku memilih untuk menetap kepadamu.

Tanpa meminta lebih banyak. Pun perihal nama dari hubungan yang sedang kita jalani. Karena rasanya, adanya dirimu dalam hari-hariku terasa cukup. Tanpa perlu bertanya lebih lanjut apa yang akan terjadi setelah ini.

Aku sering bertanya kepada diriku sendiri, acap kali kau tiba-tiba pergi entah kemana. Mengacuhkanku tak seperti sedia kala, bersikap seolah-olah aku tak pernah ada.

Benarkah ini yang ku inginkan antara kita? Menjadi dua orang yang sering bersama, tanpa tahu sebenarnya apa di antara kita.

Beberapa dari mereka mintaku untuk menanyakan ini kepadamu, lalu ku pikir aku tak ingin membuatmu merasa tak nyaman hanya karena pertanyaan yang ku rasa tak begitu penting adanya.

Lagi pula, untuk apa? Toh akan sama saja, jika pada akhirnya masih tetap ada yang harus merasa ditinggalkan, dengan atau tanpa status dalam hubungan.

Menjalani denganmu hanyalah dengan keyakinan terbesarku. Semoga keyakinan untuk terus menetap denganmu adalah pilihan yang tak salah

Katakanlah aku yang mungkin terlalu bodoh. Menjalani segalanya hanya bermodal keyakinan, bahwa kau juga memiliki rasa yang sama denganku, bahwa kita akan melangkah pada arah yang sama walaupun kita tak pernah menamai hubungan yang terjadi di antara kita.

Tapi, keyakinan inilah yang membuatku tetap bertahan denganmu. Tetap berusaha menyelami dan bertahan denganmu hingga sejauh ini.

Kau selalu datang kepadaku dengan cara yang tak biasa. Setelah berhari-hari pergi kau datang dengan caramu. Membuatku kembali merasa kau memang masih ingin bersama, hanya saja kau juga membutuhkan waktumu sendiri.

Tanpaku. Tanpa perlu ku ganggu. Kau datang dengan segudang bahagia yang kau berikan kepadaku berlipat-lipat setelahnya. Walau nyatanya, ku tahu, esok lusa kau akan pergi lagi. Tenggelam dalam kehidupanmu sendiri yang penuh dengan cerita yang tentu bukan dari aku datangnya.

Katakanlah jika memang kau lelah menjalani ini semua. Jika memang kau mulai menemukan tempat berlabuh yang nyaman selain aku. Karena walau dengan berat hati, aku akan berusaha untuk ikhlas melepaskanmu pergi. Bersama dengan semua waktu yang telah kita lewati bersama, pun dengan cerita yang telah kita bagi berdua.

Bukan aku tak mencintaimu lagi. Tapi, bukankah sejak awal kita memang menjalani hubungan ini laksana air yang mengalir, di sela-sela bebatuan, tanpa paksaan. Ia terus mengalir mengikuti arus, hingga di ujung pangkal.

Jika memang ujung pangkal dari hubungan kita yang tak bernama ini adalah saling mengikhlaskan mungkin memang itulah takir yang diberikan Tuhan.

Bersamamu membuatku menjadi seseorang yang berbeda. Ku harap perjalanan kita akan tetap bersama hingga menuju surga-Nya

Bersamamu aku belajar banyak hal. Tentang menunggu yang tak hanya menjadi rutinitas hampa, tetapi menjadikanku tetap bernyawa dengan banyak harap dan karya, tentang sabar terhadap pertemuan dan kesempatan untuk berkirim pesan dan bertukar cerita seperti sebelumnya, tentang gigih akan keyakinan dan tak pernah lelah mengudarakan do’a kepada Tuhan.

Bersamamu, aku belajar mencintai dengan cara yang tak biasa, yang penuh dengan tantangan. Tetapi entah mengapa, keyakinanku selalu tertuju kepadamu. Rumah nyaman yang selama ini selalu menyambutku untuk pulang dengan segala keadaan.

Biarkanlah hubungan ini mengalir seperti adanya jika memang ini yang harus terjadi diantara kita. Semoga Tuhan dengan belas kasihnya terus menjaga kita agar sampai pada tahap benar-benar bersama hingga surgaNya.