Kamu Boleh Lelah dan Menangis. Tak Ada yang Salah Bahkan Jika Kamu Seorang Pria

Tidak Lagi Menangis Saat Kenangan Masa Lalu Itu Muncul
Sumber :

Olret – “But you’ll never be alone, I’ll be with you from dusk till down”

Kepada kamu, seorang pria dewasa yang ku temui ratusan hari yang lalu. Sejak pertama kali kita berjumpa, aku yakin bahwa kamu bukanlah seorang pria biasa. Kamu adalah seseorang yang tangguh, mandiri, kuat, menyenangkan, dan dapat diandalkan.

Jangan mengelak, karena mereka menjadi bukti bahwa kamu sangat begitu berarti. Dan lagi, aku juga merasakannya. Bagaimana caramu berada di dekatku, bagaimana caramu membuatku bertumbuh menjadi seseorang yang lebih baik kini.

Sayangnya, tembok yang kamu bangun sangat tinggi dan tebal. Sulit sekali menembusnya. Kamu selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Kamu selalu menampakkan bahwa kamu seorang yang selalu kuat bagaimanapun badai menerpa. Tetapi, sayang.

Aku merasakannya. Ada lelah yang sering kamu bawa, ada beban berat yang kamu sangga di pundakmu yang entah kapan akan membuatmu terus berdiri sekuat biasanya.

Berbagilah jika kamu mau. Tak akan ku adili semua ceritamu.

Kamu yang menyembunyikan segalanya. Dalam tawamu, dalam diammu yang kamu bilang “aku nggak apa-apa kok.” Tatkala kita bersama, aku sering bertanya, “setegar itu kah kamu?

Adakah waktu dimana kamu merasa lelah dan menangis begitu dalam?” Lalu sepertinya kamu mendengar apa yang ku ucapkan dalam pikiran, kamu akan menatapku kembali, lalu tersenyum seakan menunjukkan jika kamu memang benar-benar baik-baik saja.

Kamu boleh bercerita apa saja. Tentang segalanya. Bahkan mungkin jika menurutmu itu adalah hal yang memalukan, aku akan senantiasa mendengarkan dengan seksama.

Tanpa menghakimi, atau bahkan menyalahkanmu jika memang langkah yang kamu ambil kurang tepat. Bukankah setiap langkah yang kita ambil akan menuntun kita menjadi lebih dewasa karena belajar dari kesalahan, bukan?

Kadang, aku berpikir bagaimana membuatmu mau bercerita. Tentang apa saja. Tentang riuhnya jalanmu menuju kantor, menumpuknya pekerjaanmu, atau mungkin cerita tentang betapa nikmatnya masakan ibu untukmu hari itu. Sayangnya, kamu lebih memilih untuk sering terdiam. Menunjukkan bahwa kamu selalu tegar.

Di lain waktu, matamu berkata lain. Ku tunggu kamu untuk bercerita hingga segalanya menjadi lega

Kadang, aku ingin memaksamu untuk menceritakan segalanya, agar bebanmu menjadi lebih ringan dan kamu menjadi lega. Hanya saja, aku tahu bukan itu yang kamu inginkan. Kamu hanya perlu waktu untuk menangani segalanya sendirian. Hingga batas kemampuan.

Andai kamu tahu, ada seseorang yang senantiasa menantimu bercerita tentang apa saja. Mencurahkan segala beban yang kamu rasa, atau bahkan sesekali kamu menangis sejadinya jika memang kamu membutuhkannya.

Adalah aku yang akan terus menjadi rumah bagimu. Bagaimanapun keadaanmu. Seburuk apapun harimu, bahkan selemah apapun keadaanmu hari itu. Akan selalu ada tempat untukmu berpulang.

Merebah, berkeluh kesah. Tak apa jika hari ini kamu ingin menangis sejadinya. Tak apa jika hari ini kamu merasa lelah. Kamu hanyalah manusia biasa. Seperti kebanyakan yang lainnya. Tak peduli kamu seorang pria dewasa atau bukan, tangis dan lelah adalah hal yang wajar.

Kamu boleh beristirahat dari riuhnya kehidupan. Mengambil jarak. Menciptakan ruang untukmu sendiri. Lalu besoknya kamu kembali menjadi seseorang yang tegar, dengan kaki yang semakin kuat untuk menopang, dengan dada yang kini kian lapang. Tak ada batasan untukmu merasa lelah, karena kamu pun hanyalah manusia biasa yang memiliki rasa.

Tak perlu sungkan. Yang perlu kamu ingat, adalah akan tetap ada tempat untukmu berpulang. Menerimamu dengan lapang.