Pernikahan Dibangun Atas Dasar Persamaan, Dipersatukan Lewat Perbedaan

Pernikahan Dibangun Atas Dasar Persamaan
Sumber :
  • instagram

OlretPernikahan adalah suatu perjanjian agung, yang disaksikan tidak hanya oleh seluruh saksi dan keluarga, namun juga diamini oleh malaikat dan seluruh alam semesta.

Pernikahan pula adalah pemersatu, tidak hanya menyatukan dua insan yang menikah, namun 2 keluarga besar yang bisa berbeda, suku, bahasa dan budayanya. Bahkan Allah pun menyebut pernikahan sebagai Mitsaqon Gholidzo (Perjanjian yang Kuat Kokoh dan Agung).

Sehingga mengingat begitu sakralnya suatu pernikahan, maka jangan coba coba mempermainkannya, apalagi menjadikan pernikahan sekedar untuk pemuas nafsu semata. Berhati hatilah, karena perjanjian yang agung, pertanggung jawabannya pasti akan sangat berat nantinya.

Dalam Al-Qur’an Allah Menyebutkan Mitsaqon Gholidzo 3 kali, Bahkan Menyeterakannya Dengan Perjanjian Allah Dengan Para Nabi

Pernikahan Dibangun Atas Dasar Persamaan

Photo :
  • instagram

Yang pertama, disebutkan dalam QS. An-Nisa: 21, yang menyebutkan pernikahan adalah sebuah perjanjian yang kuat/teguh/kokoh. Yang kedua dalam QS. An-Nisa : 154, yang di dalamnya menyebutkan perjanjian Allah dengan orang orang yahudi. Dan yang ketiga terdapat dalam QS. Al-Ahzab:7, yaitu perjanjian Allah dengan para Nabi.

3 bukti ayat di atas menunjukkan bahwa sakralnya perjanjian dalam pernikahan setara dengan perjanjian Allah dengan para Nabi. Saat seorang laki laki dengan seorang perempuan bersatu dalam ikatan pernikahan, maka mereka telah menjadi satu kesatuan.

Dalam Pernikahan Ikatan Pasangan Juga Sangatlah Kuat Dan Dekat, Karena Pernikahan Yang Sakinah Pasti Membawa Ketenangan, Juga Menutupi dan Menjaga Dari Yang Tidak Halal

Saat Istrimu Setia Menemani Dalam Susahmu

Photo :
  • instagram

Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al Baqarah:187  “Para istri adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagi mereka”.

Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat mulia di atas merupakan ungkapan kedekatan antara pasangan. Mereka masing masing saling merasakan ketenangan dan saling menutupi dari apa yang tidak halal.

Hal ini sesuai dengan yang selama ini kita ketahui bahwa menikah adalah untuk menjaga pandangan dari suatu yang tidak halal. Selain itu, tanggung jawab suami dan istri untuk saling menjadi tameng dosa, mengingatkan dalam masalah ibadah dan sama sama menuntun untuk kembali ke jalan Allah.

Pernikahan dibangun Atas Dasar Persamaan, Tetapi Untuk Menyatukan Perbedaan

Tidak perlu jauh jauh berbicara soal perbedaan, yang paling dekat saja dan sering membuat hubungan tampak tak harmonis adalah menyatukan pikiran dan pendapat, visi misi untuk masa depan bersama.

Biasanya umumnya pernikahan dibangun karena kedua individu yang bersatu, memiliki visi dan misi yang sama, yaitu saling mencintai, sebagai salah satu bentuk ibadah dank arena Allah azza wa jalla. Namun untuk menyatukan perbedaan seringkali terjadi konflik dan ketidak cocokkan yang sebenarnya bisa di kompromikan bersama.

Sehingga tampak naïf sekali, mereka yang bercerai karena alasan ketidak cocokkan. Padahal sedari awal mereka sadar bahwa banyak perbedaan yang sebenarnya bisa dipersatukan dan dibicarakan dalam musyawarah bersama.

Jadi, Benahi Niat Awal Sebelum Menikah, Karena Pasti Berat Menanggung Perjanjian Yang Disaksikan Para Malaikat.

Dengan perjanjian Mitsaqon Ghalidzo , pernikahan bukanlah dibangun hanya untuk 1-2 bulan atau 1-2 tahun, namun selamanya hingga sisa usia berakhir. Bahkan bisa dipersatukan kembali kelak dalam Jannah Allah bersama.

Sehingga mengingat berat dan sakralnya suatu pernikahan, cobalah untuk benahi niat awal untuk menikah. Niatkanlah untuk bersama pasangan untuk meraih surge Allah bersama, niatkanlah sebagai bentuk ibadah.

Dan nantinya akan lebih mudah untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah, karena sedari awal niatnya adalah untuk saling mengasihi dan menyayangi satu untuk selamanya. Selain itu, menikah itu bukan hanya soal kamu cinta dan siap saja, tapi harus saling menerima.