4 Alasan Tepat Pisah Rumah dengan Mertua, Menghindari Konflik?
- https://www.pexels.com/@Juliana Navajas-Robb-22212684
Orlet - Apa yang bermain dalam benak kalian ketika hendak menikah? Pasti salah satunya memikirkan tentang mertua bukan?
Banyak sekali cerita-cerita yang mengungkapkan berbagai pengalaman tak menyenangkan jika sudah berurusan dengan mertua. Sampai muncul kalimat seribu banding satu menantu akur dengan mertua. Sebagai penggambaran betapa banyaknya menantu yang berselisih dengan sang mertua. Bahkan beberapa pasangan sah terpaksa bercerai karena perilaku mertua.
Oleh karena itu, pisah rumah dengan mertua setelah menikah bisa menjadi solusi jitu supaya terhindar dari berbagai salah paham dengan mertua. Lalu, apa saja sih alasan tepat melakukannya?
1. Mandiri
Belajar mandiri setelah menikah disaat kondisi ekonomi masih belum stabil memanglah tidak mudah. Menjadi mandiri bukan berarti tak bergantung kepada orang tua atau mertua. Kita tetap akan membutuhkan bantuan mereka.
Namun, belajar mandiri untuk tidak terus-menerus mendapatkan uluran tangan mereka dengan pisah rumah terkadang merupakan pilihan lebih baik.
Mertua juga manusia biasa yang memiliki emosi. Terkadang mereka bisa mengeluarkan kalimat tak menyenangkan untuk didengar saat marah. Apalagi perihal keuangan yang diperlukan untuk pengeluaran sehari-hari.
Disaat makan, tidur masih numpang dengan mertua, gaji suami hanya cukup untuk kebutuhan buah hati, belum dapat memberi lebih kepada mereka, bisa menimbulkan cekcok jika tak diimbangi kesadaran memahami kondisi sang anak. Yang memang disuruh tinggal dengan mertua untuk mengurus mereka di masa tua saja masih bisa berselisih paham loh.
2. Privasi
Tidak semua mertua mengerti dan paham bahwa anak mereka membutuhkan privasi setelah menikah. Pernah mengalami tiba-tiba mertua membuka pintu kamar tanpa mengetuk dahulu? Bagaimana perasaan kalian?
Untung kalau sedang dalam keadaan normal-normal saja bagaimana kalau tidak? Wah tidak kebayang kan secanggung apa!
Bisa jadi kebiasaan tersebut sering dilakukan saat anak mereka belum bersuami atau beristri sehingga sulit untuk mengubahnya.
3. Menghindari Konflik
Pernikahan itu tidaklah seindah cerita dongeng. Kita harus belajar mencintai kekurangan pasangan. Tidak ada hubungan tanpa perseteruan termasuk jalinan kasih sepasang suami istri.
Sayangnya, pertengkaran kecil bisa menjadi besar hanya karena campur tangan orang lain dalam hal ini mertua. Susah juga kalau mempunyai mertua tipikal selalu ikut mengurusi masalah rumah tangga anak. Kalau berusaha bijak untuk menasehati atau mengarahkan mungkin masih bisa diterima. Tapi, tidak jarang pula malah semakin menambah keruh permasalahan yang ada.
Tidak hanya itu, misalnya dalam pengasuhan anak, menantu mungkin mempunyai pandangan berbeda dengan mertua. Apalagi jika mertuanya masih memegang ajaran terdahulu dalam merawat bayi yang beberapa hal sebenarnya tidak sesuai anjuran medis. Si ibu berpikiran A mertua berpikiran B. Tidak nyambung sehingga dapat menyebabkan konflik.
4. Lebih Nyaman dan Bebas
Jangan ditanya lagi, sudah pasti memiliki rumah sendiri setelah menikah memang lebih nyaman dan bebas. Ketika masih satu rumah dengan mertua mungkin kita merasa tidak enak hati jika belum menyelesaikan pekerjaan rumah yang menumpuk.
Tapi jika rumah sendiri kita dapat menyelesaikannya kapan pun sebisa kita tanpa khawatir harus diomeli. Bebas dan tidak sungkan melakukan sesuatu sesuka hati seperti penataan perabotan rumah sesuai keinginan.
Terlepas dari semua itu, kita tetap wajib berlaku baik kepada mertua. Walau bagaimanapun mereka memiliki andil dalam kehidupan kita.
Lagipula tidak semua mertua bersikap buruk terhadap menantu. Untuk yang belum menikah tak perlu takut jika harus hidup bersama mertua sementara waktu. Banyak bersabar dalam menghadapi mereka selama sikapnya tidak melewati batas.