Jangan Mengadakan Resepsi Pernikahan yang Wah dan Mewah Karena Itu Gak Wajib

Ilustrasi pernikahan
Sumber :
  • Pixabay/Pexels

Jakarta, Olret – Kalau disuruh memilih, saya pun ingin pernikahan yang intimate, sederhana, dan cukup akad saja. Saya juga sempat “marah” pada ibu saya karena ibu ingin menggelar resepsi yang “wah” di gedung, padahal saya ingin di rumah saja.

Pada saat persiapan, diambilah jalan tengah, akad nikah di rumah hanya untuk keluarga dan kerabat dekat dan resepsi di gedung untuk kolega-kolega bapak dan ibu saya.

Ketika akad nikah, saya merasakan ke-sakral-an yang membuat bulu kuduk berdiri. Ketika ijab qabul dan sungkem, hampir semua keluarga menangis karena terharu. Saya juga merasa kehangatan karena sahabat-sahabat saya mau datang padahal hari itu bukanlah tanggal merah atau hari libur.

Tibalah saya harus melaksanakan resepsi. Orang tua saya menginginkan resepsi pernikahan di gedung untuk menghargai tamu mereka yang begitu banyak dan tidak akan tertampung hanya di rumah saja.

Dari kacamata yang saya lihat, orang tua saya ingin mempergunakan hasil kerja kerasnya selama ini untuk terakhir kalinya, ya buat siapa lagi atuh, kalau bukan untuk anaknya.

Singkat cerita setelah melaksanakan resepsi, saya melihat kepuasan dan kelegaan di mata orangtua saya. Saya melihat kebahagiaan saat melihat orang tua saya berkumpul bersama dengan teman-temannya. Saya melihat senyuman di setiap tamu-tamu yang datang. Dan terakhir, saya mendengar doa yang para tamu panjatkan untuk pernikahan kami ketika kami bersalaman. Nilai plus kan, karena banyaknya tamu jadi banyak doa hehe.

Artikel ini merupakan curhatan dari Legina, semoga bermanfaat.

****

Wanita Karir Susah Mendapatkan Jodoh, Benarkah?

Hari ini saya sangat bahagia menghadiri acara pernikahan teman saya yang di mana dia baru menemukan jodoh nya di usia 37 tahun. Seorang wanita karier yang luar biasa.

Orang nya cantik, pintar, baik hati, periang, tidak sombong dan tipe sanguin yang asik. Dia seorang Dokter + pengusaha. Sepertinya tidak perlu saya jelasin seluruh aktivitas padatnya sehari-hari. Bisa bayangin dong ya

Saya sangat dekat dengan beliau. Menurut pengamatan dan dari jawaban setiap kali kita membahas mengenai "jodoh" dia bukan nya susah mencari jodoh, dia tidak mengharuskan jodoh yang seperti ini itu, namun memang katanya susah menemukan seseorang yang memiliki kepribadian yang cocok.

Berbagai cara sudah dilaluinya untuk menemukan jodoh. Katanya, semasa kuliah dia sudah coba menjalin hubungan pacaran dengan beberapa pria tapi gagal, setelah bekerja pun dia tidak pernah menyerah memperbaiki diri dan mencoba jalur ta'aruf berkali-kali namun tetap gagal. Ada saja yang membuat hubungan itu harus berakhir.

Dulu pernah ada seseorang yang datang berniat ingin melamar. Tapi entah apa yang terjadi lamaran itu dibatalkan pihak pria. Sempat di mana teman saya ini ingin menyerah saja dalam pencarian jodoh, tapi banyaknya dorongan dari orang-orang terdekat membuatnya tetap membuka hati.

Hingga akhirnya, dan akhirnya jodoh yang tepat itu hadir. Seorang pria mapan yang berprofesi sebagai Chef 40 tahun meminang dia dengan mulus tanpa hambatan dan mereka pun match each other.

Nah, menurut saya wanita karier susah mencari jodoh karena dia adalah wanita cerdas yang tidak ingin asal-asalan memilih jodoh. Banyak pertimbangan karena berumah tangga merupakan ibadah terlama.

Sebenarnya macam-macam alasan wanita karier susah mencari jodoh. Ada yang beranggapan mencari jodoh bukan tujuan yang utama, karena banyak tujuan-tujuan lain yang harus dia capai. Ada juga yang cuek aja, nikah ya syukur engga ya sudah.

Terus ada juga wanita karier yang terlalu nyaman sendiri sampai lupa usia sudah ke-XX, setelah sadar butuh pendamping barulah sibuk mencari jodoh. Ckckck :)