Tak Ada Lagi Namamu Kusebut dalam Doa Karena Semua Kuserahkan Kepada-Nya
Olret – Memang akan datang masa di mana kita lelah berharap, bukan karena merasa bosan dalam berdoa namun karena hal terbaik dari sebuah perencanaan adalah rencana Allah. Aku malu kepada pencipta-Ku karena selalu menyebut namamu dalam doaku.
Merayu, merengek sepanjang malam dalam penuh kehusyukan agar dijodohkan denganmu. Tentang dirimu yang tak pernah absen dari dalam doaku. Sungguh aku sangat malu, terkadang aku menjadikan lantunan doa yang utama untukmu dan menomorduakan kedua orang tuaku yang melahirkan dan mendidikku hingga dewasa.
Aku Sadar, Tak Seharusnya Menyebut kamu Dalam Setiap Dekapan Doaku, Karena Rencana Allah Jauh lebih Indah.
Kini biarkan saja aku melepas dan merelakanmu karena aku yakin itulah cara terbaik mengapresiasikan rasa untuk ciptaan Allah yang belum halal untukku. Saat aku sibuk menyebut namamu, mempersiapkan diri bertemu denganmu. Aku mulai lupa, sedari ajalku semakin dekat sebelum bertemu denganmu.
Aku mulai takut, kelak jika malaikat maut yang dulu menjemput aku saat tengah menggalaui kamu yang belum menjadi miliki. Aku juga takut menjadi jasad berbungkus kain putih, roh dicabut dalam tubuh saat pikiranku masih berangan-angan tentangmu.
Aku sibuk mencemaskan aksara yang kehilangan nyawa saat tak ada namamu di dalamnya. Dan aku tak pernah mempersalahkan jika doa ku hanya untaian kata pemanis. Aku lebih khawatir jika aksara ku tak lagi berwarna saat namamu tak tertulis di dalamnya. Dan aku biasa-biasa saja saat dalam doaku datar-datar saja.
Dan mulai sekarang, aku sudah resmi tidak mendoakan kamu lagi. Dan aku akan tetap berusaha dan mencari siapa yang akan menjadi pelengkap hidup ini menuju jannah-Nya.
Dan sejak saat aku menyadari bahwa menyebut kamu dalam doa bukan lagi agendaku. Karena kamu kini sudah mempunyai pendamping hidup, kini biarkan aku belajar ikhlas untuk menerima semua kenyataan.
Bukankah memang sudah risikonya, mencintai dalam diam tak selamanya berakhir dengan bahagia. Tak sedikit orang yang mencintai dalam diam-diam, harus terluka dalam-dalam.
Cuaca Hari Ini Cerah Menurutku, Tapi Tidak Dengan Perasaanku.
Akhirnya dia bercerita tentang keadaannya. Kemarin dia sempat dilema. Mungkin, akibat mendung kemarin. Namun, Cukup menarik. Tak semua orang mampu membaca kata demi kata yang dia tuliskan. Dia pernah mengatakan, bahwa dia menyukai senja. Saat awan berubah menjadi kelam, dia khawatir.
Khawatir kehilangan senja di kala sore hari itu. Menurutnya cuaca hari ini kembali cerah. Senang dan bahagia terlihat dari parasnya. Tapi, enggak tau sore nanti. Semoga saja, akan tetap begini.
Karena dia ingin kembali menikmati senja yang kemarin menghilang sejenak. Nanti kita cerita tentang senja sore ini. Sabar ya. Nanti dia akan bercerita. Perasaanmu jaga baik-baik. Ya di sana. di tempat yang berbeda tapi saling mendoakan hal yang sama.
Perjumpaan Itu Masih Setia Dinantinya.
Dia begitu sabar dan tabah. Hatinya penuh kelembutan. Senja sore tadi adalah hal yang disukainya. Menikmati piringan matahari yang kian lama tenggelam dengan perlahan. Ingin rasanya dia berhenti menikmati senja, bukan ia tak menyukai namun ia ingin menghabiskan waktu melihat cakrawala itu dengan berdua.
Entah kapan waktunya, Entah dengan siapa nantinya. dia masih terus berdoa kepada Sang Pemilik Bumi dan se-isinya. Hatinya masih terus terjaga. Yang akan datang nanti, Insya Allah sesuai janji-Nya.
Kini, dia meminta yang baik. Suatu saat nanti, semoga dia diberikan yang terbaik. Perjumpaan itu masih setia dinantinya. Sepasang asing yang belum bertemu. Doanya begitu indah kepada Sang Maha Cinta, di sepertiga malam, menjadi perbincangan yang tiada pernah terlewatkan. Sampai jumpa dalam pertemuan nanti. Berharap dan mantapkanlah pilihanmu lewat sepertiga malammu.