Sebuah Pesan Rindu Untuk Ayah, Dari Anakmu di Rantau Orang
- freepik.com
Olret – Rindu Untuk Ayah - Berjuta jam yang lalu, aku masih menjadi bocah yang suka bermain dan manja. Apapun yang kuinginkan, pasti engkau tidak pernah menolaknya meski ayah harus menghabiskan jam kerja lebih dari biasanya. Tak pernah engkau memberikan kata "tidak" atau apapun yang dapat diartikan dengan kata tidak bisa.
Dan sekarang, aku sudah beranjak dewasa dan mandiri. Aku masih belum tahu arti dari kata "tidak" yang sering ayah ucapkan ketika aku menempuh pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai universitas. Kelak, aku juga akan menjadi seorang ayah sepertimu, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa memberikan yang terbaik buat anak-anakku.
Ayah, sampai sekarang aku masih merindukan cerita-ceritamu ketika muda dan berkelana meski sekarang kita hanya bisa komunikasi lewat telpon. Pun, aku sekarang juga lebih suka berkelana atau yang sering disebut sebagai "travelling" untuk kuceritakan ke cucu-cucu ayah kelak.
Awalnya Aku Merasa Risih Karena Meskipun Aku Sudah Dewasa, Ayah Selalu Khawatirkan Aku. Tapi Nyatanya Aku Memang Tetap Menjadi Anak Kecil di Matamu.
Aku tahu, ayah sering menunggu kabar dariku yang jauh darimu. Meski aku tahu, kadang aku masih sering lupa meneleponmu dan membuatmu khawatir, maafkanlah anakmu yang tak tahu diri ini. Dan tak lupa, di akhir telpon, ayah selalu menasehatiku supaya hidup dengan baik di rantau orang.
Ayah, terima kasih kuucapkan padamu. Meski kini aku sudah dewasa tapi bagimu aku masih sama dengan berjuta jam yang lalu dan akan seperti itu selamanya. Dan terima kasih juga sudah memberikan bimbingan hidup yang baik untuk kujadikan panutanku.
Haru, Tangis dan Bahagia Menjadi Momen yang di Tunggu Saat Lebaran, Momen yang paling di Tunggu Ibu dan Ayah.
Ketika aku lupa atau memang kadang melupakan untuk menelpon ke ayah, ayah langsung menyuruh si bungsu untuk menelponku dan menyuruhku untuk menelponmu. Terdengar jelas suara ayah di telpon, dan langsung menanyakan kenapa aku tidak menelpon? Maafkan aku ayah.
Dan setelah mengobrol panjang lebar dan kemudian ayah pun akan menanyakan kapan pulang ke rumah? Lebarankan bentar lagi, kamu sudah membeli tiket belum? Jam berapa sampai ke Bandara? Dan dari Bandara ke rumah sudah pesan tiket travel belum? dan masih banyak lagi pertanyaan ayah tentang kepulanganku.
Nak, Aku Ingin Baju Koko Kita Sama Untuk Tahun Ini. Permintaan Sepela Tapi Kadang Aku Lupa Ukuran Bajumu Sendiri.
Ucok, begitulah ayah memanggilku di telpon kadang-kadang, jika sudah mulai lupa dengan nama panggilanku waktu kecil. Aku tak masalah dengan apapun panggilan yang diberikan ayah, cukup bagiku ayah bahagia.
Tiba-tiba ayah teringat dengan baju lebaranku tahun kemaren dan tahun ini ingin dibelikan baju yang sama denganku. Aku hanya mengiayakan apa yang di inginkan oleh ayah karena tak mungkin aku bisa menolak permintaanmu sedangkan ayah tak pernah menolak apa yang kuinginkan.
Meski Terpisah Jarak dan Waktu. Ayah, Terimkasih sudah Menjagaku sampai sekarang , .
Masih teringat jelas wajah ayah di dalam rekaman memoriku dan tak akan pernah kuhapus sampai akhir hayatku. Dan izinkanlah aku mengucapkan terimaksih kepadamu ayah, yang sudah mengajariku arti keluarga dan memberiku semua yang ayah bisa.
Tuhan, Tolong jaga ayah saya seperti dia selalu menajagaku, berikanlah kesehatan padanya dan umur panjang, dan limpahkan berkah kepadanya.
Salam dari Anakmu nan Jauh di rantau orang, . . .
Jakarta, 16 Februari 2019