5 Alasan Tetangga Lebih Memilih Cuek Atau Diam Saat Melihat KDRT Di Lingkungannya

Ilustrasi KdRt
Sumber :
  • parentingtalk.id

Olret –5 Alasan Tetangga Lebih Memilih Cuek Atau Diam Saat Melihat KDRT Di Lingkungannya 

Beberapa hari ini viral kasus KDRT, dimana suami tega membunuh istrinya sendiri di hadapan anak-anaknya. Pria bernama Nando (25) tega menghabisi nyawa istrinya sendiri, Mega Suryani Dewi (24), di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.

Dari hasil investigasi motif Nando membunuh istrinya sendiri karena rasa sakit hati yang didasari masalah ekonomi. Pelaku sakit hati atas perkataan dari korban yang membuatnya gelap mata. 

Kasus di atas termasuk salah satu kategori kasus KDRT yang paling miris terjadi di Indonesia. Belum lagi kasus KDRT lain yang sudah dilaporkan ataupun yang tidak dilaporkan karena berbagai alasan. 

Selain karena korban diam, para saksi atau orang lain yang melihat KDRT tersebut juga diam. Dan hal inilah yang sering mengundang pertanyaan. 

Kenapa para tetangga diam? apakah tidak ada empati untuk membantu korban KDRT atau melaporkan kejahatan tersebut ke pihak berwajib atau berwenang? 

Nah, untuk itu, artikel ini akan membahas alasan orang lain/tetangga memilih cuek atau diam. Ternyata tetangga juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan. 

1. Korban KDRT Memilih Diam 

Alasan pertama tetangga memilih cuek atau diam saat tahu adanya kasus KDRT, karena korban sendiri tidak berusaha untuk meminta bantuan. Sehingga warga pun tidak berinisiatif untuk membantu, juga berpikir takut mengambil tindakan yang salah dalam rumah tangga orang lain. 

Ada banyak alasan sendiri kenapa korban memilih diam. Seperti berhasil dimanipulasi pelaku, rasa malu jika ketahuan adanya KDRT atau masalah lainnya. 

2. Respon Negatif Dari Korban 

Orang akan susah juga enggan menolong dan berempati, jika orang yang menjadi korban sendiri justru memberikan respon negatif. 

Seperti menganggap jika bantuan dari orang lain atau tetangga, hanya akan semakin menyusahkan dirinya saja. 

Perlu diketahui beberapa orang memang menganggap KDRT adalah aib rumah tangga yang harus ditutup rapat. Jadi, korban maupun pelaku tidak suka jika ada orang lain yang tahu atau turut campur pada masalah tersebut. 

3. Korban Yang Memilih Memaafkan dan Mempertahankan Hubungan Tidak Sehat 

Meski tidak langsung memberikan respon negatif, tapi tindakan korban yang begitu saja memaafkan pelaku tanpa efek jera. Bisa membuat orang yang menolong merasa perbuatannya sia-sia. 

Dia justru merasa harus menghindar dari pasangan toxic tersebut. Karena keduanya sama-sama membawa pengaruh negatif. Selain itu, tindakan korban yang suka mengeluhkan rumah tangganya tapi tidak mau melakukan tindakan, juga membuat siapapun jadi jengkel 

4. Bystander Effect 

Dalam ilmu psikologi ada istilah bystander effect, yaitu kondisi ketika seseorang tidak menolong korban, karena berpikir orang lain yang akan menolong. Susahnya, dalam bystander effect, semua orang cenderung berpikir sama; mengira, bahkan meyakini, bahwa orang lain akan datang menolong, sehingga dia tidak perlu ikut menolong.

Tidak hanya KDRT, bystander effect ini juga ditemukan dalam segala masalah. Misal seperti melihat kecelakaan, kebanyakan orang hanya jadi penonton sebab percaya akan ada orang lain yang menolong korban. 

5. Kepercayaan Jika Masalah Rumah Tangga Adalah Masalah Pribadi 

Dalam masyarakat masih kental kepercayaan jika masalah rumah tangga -termasuk KDRT, adalah masalah pribadi. Dan orang lain tidak punya hak untuk ikut campur. 

Lagipula jika ikut campur, bisa jadi masalah rumah tangga orang lain akan berimbas buruk pada dirinya sendiri. Jadi banyak orang yang lebih memilih menulikan telinga dan membutakan mata. Kecuali mungkin, jika korban yang secara langsung meminta pertolongan.