Dibalik Gemerlapnya Ibukota, Ada Adik-Adik SD Cipinang 03 Membutuhkan Bantuan di Sudut Jakarta

Anak anak SD
Sumber :
  • instagram

Olret – Hidup di Jakarta itu sungguh sangat enak, apalagi bagi mereka yang mempunyai keuangan yang belebihan. Dibalik bergelimangnya kehidupan di Jakarta yang di buktikan dengan gedung pencakar langit yang ada di semua pusat kota. Pusat perbelanjaan yang menjamur dan mudahnya mendapatkan pendidikan dengan kualitas international.

Tapi sayangnya, kenyataan yang pedih justru di alami oleh adek-adek kita di SD Cipinang. Bagaimana rasanya bersekolah dengan jarak yang sangat jauh? Melewati jalanan dengan kondisi yang tak begitu nyaman, jarak yang jauh, terjal, kanan-kiri seperti hutan?

Atau, bertahun-tahun menempuh pendidikan hanya dengan beralaskan lantai rumah Pak RT, tanpa meja ataupun kursi? Dengan keadaan yang seadanya, dengan banyaknya keterbatasan yang ada, tetapi masih banyak adik-adik kita yang harus menempuh pendidikan dengan cara yang kurang nyaman.

Karena Harta Tak Dibawa Mati, Justru Sedekah Merupakan Salah Satu Amal yang Sangat Menolong Kita Kelak. Yuk Berbagi Dengan Adek-Adek Kita.

Kelak harta yang berlimpah akan di hisab di akhirat, dan bisa jadi dari ratusan juta yang pernah kamu habiskan hanya untuk berfoya-foya tak akan bisa menolongmu di alam kubur. Tapi justru ratusan rubu, buku yang kamu sumbangkan atau sedekah jariyah lainnya yang bisa membantumu.

Yuk, sisihkan sedikit saja uang saku mu untukmu membantu adek-adek kita yang sangat membutuhkan bantuanmu. Jika bukan kita yang membantu, lantas siapa lagi yang peduli? Mereka dengan fasilitas mewah dengan hasil korupsi?

Anak-anak SD dan kakak Hitari

Nah, Bagi Kamu yang Ingin Berdonasi bisa langsung menghubungi @sahabat.hikari di Instagram ya.

Mulai Dari Teras Rumah Pak RT Hingga Menempuh Waktu Yang Lama Untuk Mencapai Sekolah

Ini adalah satu dari banyaknya potret pendidikan di negara kita. Bertempat di Desa Kebon Cau, Rumpin, Bogor. Adik-adik yang sekarang bersekolah di SD Cipinang 03 Kelas Jauh memulai pendidikan sekolah dasar mereka dari teras rumah Pak RT selama 11 tahun lamanya.

Selain itu mereka juga harus menempuh perjalanan selama sekitar satu jam untuk bersekolah di sekolah induk SD Cipinang 03. Banyak dari mereka yang menempuh dengan berjalan kaki, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak untuk bersekolah dalam satu hari.

Medan yang mereka tempuh pun tidak begitu mudah. Jalanan yang terjal serta menurun curam, sepanjang jalan seperti hutan, membuat banyak orang tua dari mereka yang sering merasa khawatir saat anak-anaknya bersekolah menuju sekolah induk. Akan tetapi, kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan membuat mereka berusaha keras untuk tetap mensekolahkan anak-anaknya.

Gedung Sekolah, Tenaga Pengajar, Hingga Buku Bacaan yang Masih Jauh Dari Kata Layak

Bermula dari keprihatinan yang ada, warga desa Kebon cau yang kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pertani memutuskan untuk melakukan swadaya membangun sekolah.

Mengumpulkan sedikit demi sedikit biaya untuk mendirikan sekolah disana. Selain itu, mereka juga mendapat bantuan dari donatur yang pernah berkunjung kesana. Walaupun begitu, biaya yang di perlukan sangatlah besar, sehingga pembangunan sekolah sering terhenti ketika biaya sudah tidak mencukupi.

Walaupun begitu semangat untuk terus belajar tidaklah padam. Hingga kini, bangunan sekolah sudah hampir selesai, setidaknya adik-adik disana sudah tidak lagi harus belajar di teras rumah pak RT atau merasakan tampias hujan ketika hujan datang.

Sayangnya sekolah yang sudah mulai berdiri itu, masih belum memiliki fasilitas kamar mandi yang layak, jendela yang masih belum memiliki kaca, papan tulis yang mereka miliki pun masih berukuran sedang.

Tak berhenti sampai disitu, mereka juga belum memiliki perpustakaan, bahkan buku-buku yang dapat mereka baca pun masih belum banyak dan dengan kondisi yang bisa dikatakan kurang layak.

Tenaga pengajar disana hanyalah tiga orang. Mereka berasal dari sekolah induk yang di tugaskan untuk mengajar di SD Cipinang 03 kelas jauh. Karena tempat yang terbatas, proses belajar mengajar pun dibagi menjadi dua sesi. Untuk kelas 1, 2, dan 3 proses belajar mengajar pada pagi hari yaitu pukul 08.00 hingga 10.00.

Kemudian dilanjutkan kelas 4,5, dan 6, hingga pukul 12.00. Karena siswa yang masih sedikit, anak-anak kelas 6 yang akan menempuh ujian nasioanal mau tak mau, harus ikut di sekolah induk yang dimana mereka harus menempuh perjalanan selama sekitar satu jam untuk mencapai sekolah induk.

Fasilitas yang tak kalah penting adalah, belum tersedianya meja dan kursi untuk mereka belajar, sehingga proses belajar mengajar masih di lakukan dengan duduk di lantai kelas.

Nyalakan Asa Bagi Adik-Adik Kita Disana. Jangan Biarkan Keterbatasan yang Ada Membuat Impian Mereka Terkubur Begitu Saja

Uluran tangan kita mungkin tak serta merta dapat mampu meubah keadaan disana dengan begitu cepat. Hanya saja, dengan begitu kita dapat membantu mereka untuk terus mewujudkan sekolah yang nyaman untuk mereka belajar setiap harinya, membuka cakrawala dengan bantuan buku yang kita punya, serta nyamannya proses belajar tatkala mereka dapat bersekolah dengan lebih nyaman.

Salah satu komunitas yang dapat menyalurkan bantuan kita kepada SD Cipinang 03 adalah Sahabat Hikari. Komunitas ini merupakan salah satu komunitas sosial yang pernah berkunjung ke SD Cipinang 03 kelas jauh.

Apabila masing-masing dari kita ingin menyalurkan bantuan dapat melalui komunitas Sahabat Hikari dengan menghubungi mereka di instagram @sahabat.hikari.

Bantuan yang dapat kita berikan dapat berupa uang untuk membantu mereka membangun sekolah, buku-buku bacaan sekolah yang masih layak baca dan bermanfaat, atau bahkan meja, dan kursi serta papan tulis agar mereka dapat menikmati proses belajar mengajar dengan lebih nyaman.

Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan – Tan Malaka.