Kisah Ratna Indah Kurniawati, Memerangi Stigma Dusta Kusta Sekaligus Merangkul Penderitanya
- Siap Viva
Olret –"Setiap hari wanita itu berjalan dari rumah ke rumah, dari desa ke desa. Meski mengalami penolakan dari berbagai pihak termasuk keluarga. Dia tidak berhenti melakukan penyuluhan soal kusta hingga merangkul penderitanya agar tidak terpuruk dengan keadaan serta jadi lebih baik"
Namanya Ratna Indah Kurniawati, seorang perawat yang mengabdi di Puskesmas kecamatan Grati, Pasuruan sejak tahun 2004.
Pada tahun 2008, wanita yang disapa Indah itu melakukan gebrakan dengan menjadi relawan dalam mengobati kusta berawal saat dia terpilih menjadi ketua Kelompok Perawatan Diri (KPD) di Puskesmas Grati.
Hal ini karena Kecamatan Grati sendiri merupakan 1 dari 3 wilayah yang memiliki banyak penderita kusta. Menurut data dari pemerintah Kabupaten Pasuruan, setidaknya ada 298 kasus kusta di Grati pada tahun 2009-2016. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya penyakit kusta di kecamatan ini, diantaranya karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan soal kusta, pola hidup yang tidak bersih, hingga penanganan dan pemberantasan kusta yang kurang maksimal.
Belum lagi, stigma negatif soal kusta, dimana penderitanya dikucilkan dan dijauhi. Bahkan yang sudah dinyatakan sembuh pun banyak yang mengalami diskriminasi sehingga enggan untuk bersosialisasi dan berintegrasi dalam masyarakat.
Fakta yang terjadi pada masyarakat pada saat itu, menggugah hati Indah untuk memerangi stigma salah soal kusta dan merangkul penderita maupun mantan penderitanya. Supaya tidak terus terpuruk dengan keadaan dan memiliki motivasi untuk tetap bergerak maju.
Namun, tentu saja, setiap perjuangan tidak akan berjalan dengan mulus. Berbagai penolakan dari berbagai pihak pasti berdatangan. Untuk itu, yuk simak kisah perjuangannya dan ambil pelajaran serta sisi positifnya.
Ratna Indah Kurniawati Memerangi Stigma Dusta Kusta
Fokus Indah pertama adalah melakukan penyuluhan soal dusta kusta yang masih dipercayai oleh masyarakat pada umumnya.
Untuk melakukan gebrakan ini, Indah rutin mengadakan penyuluhan di balai desa warga, hingga mendatangi satu persatu penderita kusta. Bahkan dia juga menerima dengan baik pasien yang datang ke rumahnya.
Dusta Kusta yang sudah menjadi kepercayaan masyarakat seperti keyakinan bahwa kusta adalah penyakit "kutukan". Indah mengedukasi masyarakat tentang fakta kusta dan bagaimana penyakit tersebut dapat menular.
Dimana kusta sebenarnya sulit menular karena waktu yang lama dan kontak secara intens dengan penderitanya. Selain itu Jika seseorang memiliki daya tahan tubuh yang baik, bakteri penyebab kusta dapat dikalahkan sebelum gejala penyakit ini muncul dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Sehingga masyarakat tidak perlu merasa takut dan khawatir akan tertular apalagi sampai mendiskriminasi penderita kusta. Masyarakat seharusnya ikut memberikan dukungan dan menerima secara terbuka para penyintas kusta.
Indah Merangkul Penderita Maupun Mantan Penderita Kusta
Faktanya penyakit kusta bukan hanya menyerang kesehatan tubuh penderitanya, tapi juga mental mereka.
Banyak dari pasien kusta maupun mantan penyintas yang menutup diri dari masyarakat, enggan bersosialisasi dan merasa dikucilkan.
Nah, disinilah peran Indah untuk kembali memotivasi dan merangkul mereka agar berani berdaya kembali di masyarakat. Meski penyakit kusta membuat mereka mengalami disabilitas fisik.
Untuk menyukseskan tujuannya, Indah mendatangi satu persatu penderita kusta yang kemudian dikumpulkan dalam satu wadah.
Nantinya dalam wadah tersebut, Indah dapat memberikan edukasi tentang kusta dan pelatihan yang dapat dijadikan bekal dalam bekerja atau berwirausaha.
Pelatihan seperti ternak jangkrik, kambing, dan ternak ayam untuk laki-laki. Sementara itu, untuk perempuan disediakan pelatihan menjahit dan menyulam.
Langkah - Langkah Terjal Ratna Indah Kurniawati
Mendobrak stigma yang sudah terlanjur tertanam di benak masyarakat tentu bukanlah hal yang mudah. Indah pun mengalami banyak kesulitan dalam perjuangannya merangkul para penderita kusta.
Seperti penolakan dari penderita sendiri, masyarakat bahkan dari keluarga Indah sendiri.
Alasannya tentu saja karena mereka takut tertular penyakit tersebut. Apalagi kusta adalah penyakit yang seolah menggerogoti tubuh penderitanya sehingga mengalami kecacatan fisik dan kehilangan beberapa anggota tubuh.
Misalnya seperti Pak Somat yang menderita kusta sampai tidak bisa lagi berjalan, karena kaki dan tangannya penuh luka dan membusuk. Indah sempat menawari pihak keluarga Pak Somat supaya beliau bisa dirawat di Rumah Sakit Kusta. Namun, rencana pengobatan tersebut gagal karena tidak ada pihak keluarga yang mau mengurusnya di rumah sakit. Hingga akhirnya Pak Somat tinggal di gubug yang jauh dari desa sampai akhir hayatnya tanpa mendapat perawatan yang layak.
Selain itu, Indah juga sempat mendapatkan penolakan saat ingin mengadakan penyuluhan di balai desa warga. Warga takut para penderita akan menulari anak-anak dan diri mereka, karena saat penyuluhan Indah akan membawa para penyintas kusta.
Bahkan Indah juga mendapatkan kecaman dari suaminya sendiri, ketika ada pasien kusta yang datang kerumahnya. Suaminya khawatir penyakit kusta dapat menular ke anak-anak. Indah bercerita kalau suaminya bahkan mencuci dan menjemur kursi duduk bekas tamunya karena saking takutnya jika sampai tertular penyakit kusta.
Tapi Setiap Perjuangan Tulus Pasti Memiliki Hasil Yang Manis
Meski berbagai penolakan didapatkan, Indah tidak menyerah dan tetap berusaha semaksimal mungkin. Karena itu, perjuangan dan ketulusannya mampu menggugah hati masyarakat dan para penderita kusta.
Terbukti melalui program pemberdayaan yang dirintisnya, 20 mantan penderita kusta telah berani bangkit dari keterpurukan. Mereka, yang awalnya terisolasi karena stigma dan diskriminasi, sekarang menjadi pengusaha mikro yang mandiri.
Salah satu contoh sukses adalah Amat, seorang mantan penderita kusta yang kini menjadi peternak jangkrik. Amat mampu memanen hingga 26 kilogram jangkrik per bulan, dan menjadikannya sumber penghasilan yang stabil. Kisah Amat menjadi inspirasi bagi mantan penderita lainnya untuk berjuang dan bertransformasi.
Perjuangan Indah pun semakin terbantu, ketika pada tahun 2011 Indah meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Penghargaan ini tidak hanya berupa penghargaan finansial sebesar Rp50 juta dari Astra. Lebih dari itu, Indah juga mendapatkan dukungan dalam bentuk pembinaan untuk kegiatan penerima apresiasi SATU Indonesia Award. Astra memberikan peralatan perawatan diri kepada anggota Komunitas Penyintas Kusta (KPD), seperti sandal, sepatu, batu apung, timba, kacamata, serta bibit mangga dan jeruk purut. Anak-anak penyintas kusta pun mendapat bantuan berupa perlengkapan sekolah yang sangat berarti.
Indah membuktikan bahwa perjuangan tulus dan konsisten pasti membuahkan hasil yang manis. Para penyintas kusta dapat kembali tersenyum dan berdaya di masyarakat. Mereka tidak lagi mengalami diskriminasi dan lebih bermartabat. Bahkan, mampu berdikari lewat usahanya sendiri.
Tentu, perjuangan Indah, patut dijadikan inspirasi bagi kita semua. Percayalah bahwa perubahan yang baik sekecil apapun itu pasti menjadikan Indonesia menjadi lebih baik kini maupun di masa depan nanti.