Kisah Trisno, Sulap Dusun Kecil Menjadi Desa Wisata Menari Yang Mempesona

Trisno
Sumber :
  • Viva.ci

Olret –Sungguh menjadi suatu kebanggan ketika bisa melakukan perubahan positif untuk tanah kelahiran. Hal itu pula yang diusahakan oleh Trisno Widodo. Seorang pemuda yang satu-satunya menjadi lulusan sarjana kala itu dari Dusun Tanon Semarang. 

Trisno yang pulang ke desa setelah menyelesaikan perkuliahan di jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, menemukan potensi desa. 

Karena itu, dengan segala upayanya berusaha menyulap wajah desa yang dikenal sebagai desa miskin, menjadi salah satu destinasi desa wisata yang menarik 

Trisno Tidak Menyerah Mengajak Warga Mengembangkan Potensi Wisata Di Desa 

Untuk sukses mengubah wajah desa, Trisno jelas membutuhkan kerjasama dengan seluruh penduduk desa. Karena itu, dengan semangat membara dia mengajak para warga untuk mengembangkan potensi wisata di desa mereka. 

Pada awalnya banyak penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi perah dan petani itu, merasa ragu dan pesimis kalau kegiatan desa wisata dapat meningkatkan penghasilan mereka. 

Namun, Trisno tidak letih membuktikan bahwa desanya memang berpotensi, juga akan disukai oleh masyarakat kota. Contohnya seperti alam yang masih asri dan udara yang tidak berpolusi. Selain itu suasana yang tenang serta strategis dan mudah di jangkau.

Seluruh warga yang berjumlah 114 orang pun akhirnya sukarela bekerja sama untuk membangun desa menjadi lebih baik. Anak-anak diajari para pemandu, dan para mahasiswa memberikan pelatihan bahasa inggris gratis.

Kesenian Tari Menjadi Andalan Untuk Menarik Para Pengunjung 

Sebagai penduduk asli Dusun Tanon, Trisno sangat tahu bagaimana penduduk desanya sangat menyukai kesenian Tari. Bahkan sejak dulu sudah dikenal jika warga dusun ini suka menari. 

Karena itulah Trisno menjadikan nama Desa Menari sebagai daya tarik utama Desa Tanon. 

Terbukti ketika pengunjung mulai berdatangan, warga menyajikan tari topeng ayu, kuda debog, kuda kiprah, dan warok kreasi. Sedangkan permainan tradisionalnya berupa toya gila, tangga manusia, pipa bocor, dan serok mancung.

Selain menari, pengalaman wisata yang unik, seperti wisata kuliner khas desa, wisata alam, dan homestay. Semua itu membuat pengunjung merasa nyaman dan betah.

Keindahan alam juga bisa dinikmati pengunjung ketika datang kesana. Seperti berjalan kaki menjelajahi lereng gunung Telomoyo, mengunjungi Prasasti Ngrawan, dan air terjun.

Ekonomi Meningkat dan Terbukanya Pola Pikir Masyarakat

Sebelum perjuangan Trisno, Dusun Tanon bisa dibilang sebagai dusun miskin yang tertinggal. Hal itu otomatis mempengaruhi cara berpikir masyarakat kala itu yang lebih tertutup.

Namun, seiring dengan perubahan menjadi desa wisata, interaksi dengan pengunjung, pasti mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih terbuka dan maju. 

Selain itu, sejak diubah menjadi desa wisata, ekonomi masyarakat Dusun Tanon juga meningkat. 

Dalam waktu kurang dari tiga tahun, Desa Menari sudah menghasilkan pendapatan sekitar Rp250 juta. Jumlah ini belum termasuk pendapatan tambahan dari hasil penjualan produk-produk lokal yang dikelola oleh masyarakat. 

Lewat Desa Wisata Menari, keinginan Trisno memajukan desanya tercapai. Bahkan pemuda desa tidak perlu lagi merantau untuk mencari pekerjaan di luar kota. Karena lahan pekerjaan di dusun Tanon pun sudah tersedia. 

Trisno Mendapatkan Apresiasi Satu Indonesia Award Dari PT Astra 

Dalam usahanya menyulap desa wisata menari. Trisno mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah menjadi penerima Apresiasi Satu Indonesia Award dari PT Internasional Tbk pada tahun 2015 kategori lingkungan.

Prestasi ini karena Trisno membuktikan kerja keras, keuletan dan kepedulian tinggi merubah desanya menjadi lebih maju dan lebih baik.