Mengenal Marsellinus Wellip, Sang Mantri Berhati "Malaikat"
- astra
Olret – Bagi kamu yang tinggal di perkotaan, tentu saja memiliki akses kesehatan yang cukup bahkan lebih dari cukup. Namun apa kabar dengan daerah pelosok yang jarang di jamah pemerintah? Atau memang tidak mendapatkan akses yang memadai dari pemerintah daerah maupun pusat.
Sedih memang, mendengar dan melihat informasi bagaimana kawan-kawan kita di daerah pelosok yang kurang mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik lainnya. Namun tenang saja, karena di setiap tanah Indonesia ini terlahir banyak dermawan yang selalu siap membantu.
Nah, salah satunya adalah Marsellinus Wellip. Dia adalah seorang mantri penerima Satu Indonesia Awards tahun 2014 berkat kepeduliannya terhadap kesehatan. Lantas siapa sebenarnya beliau dan bagaimana perjuangannya?
Siapa Marselinus Wellip?
Setiap orang memiliki cita-cita semasa kecil, ada yang bisa direalisasikan ada juga yang hanya menjadi catatan. Seperti saya, dahulu ingin sekali bekerja di Bank. Namun seiring bertambahnya usia, akhirnya cita-cita pun semakin berubah. Bukankah yang penting bekerja dengan halal dan tak merugikan orang lain?
Jika bisa membantu orang lain memang jauh lebih baik. Setidaknya itulah yang dilakukan oleh Marsellinus Wellip. Pria yang berusia 38 tahun ini sedari kecil bercita-cita menajdo seorang perawat atau mantri kesehatan. Dia pun akhirnya menajdi mantri dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk kampung halamannya dan daerah sekitarnya.
Perjuangannya memang tak mudah, tapi niat tulus untuk membantu meringankan semua langkah kakinya. Bukankah setiap kebaikan akan dipermudah jalannya oleh Yang Maha Kuasa.
Dalam ajaran islam, tolong menolong memang sudah menjadi keharusan. Hal ini juga dijelaskan dalam Al Quran Surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya,
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.
Perjuangan berat menjadi ringan yang dilalui oleh Marsellinus Wellip
Setiap jalan yang dilalui memang kadang terjal, apalagi tidak ada niat baik dalam melakukan tugas tersebut. Namun bagi mereka yang memiliki hati yang tulus dan niat yang baik, tentu saja perjuangan berat bisa menjadi ringan.
Seperti Mantri Marsellinus Wellip yang sudah membaktikan dirinya kapada warga sekitar 1.900 jiwa yang berada di tujuh kampung yang termasuk dalam distrik itu (Kampung Towe Hitam, Towe Atas, Bias, Lules, Terfones, Tefalma dan Milki) dalam empat tahun terakhir ini.
Bukan jalan yang mudah yang dia lalui, bukan juga puluhan juta rupiah yang dia dapatkan. Dia pun menempuh hutan tropis, lembah dan ngarai dan menyeberang sungai-sungai lebar pun sudah dia lakoni. Bukan hanya sejam dua jam, bahkan dia pernah berjalan kaki selama empat hari untuk menuju kampung yang dia tuju.
Bayangkan saja, hanya segelintir orang yang mau melakukan hal tersebut. Atau setidaknya mungkin hanya mereka yang memiliki hati nurani yang baik, tak memandang dunia dan hidup bersahaja yang bisa melakukan hal tersebut dengan senyuman.
Bukan sekadar mengobati, Marsellinus juga memberikan edukasi tentang hidup yang sehat
“Saya akan merasa lebih berguna jika langsung bisa membantu masyarakat di sana, meskipun saya tahu pasti kondisinya berat,” kata Marsel disadur dari Satu Indonesia.
Tak mudah memang, untuk melakukan tugas mulia ini. Marsel juga harus pandai berbaur dengan masyarakat yang akan dia obati, bahkan dia juga harus mengikuti tradisi masyarakatnya mulai dari ikut berburu, makan pinang bersama hingga membantu warga berkebun.
Dia juga bukan hanya sekadar memberikan obat, tapi dia memberikan edukasi tentang pola hidup yang sehat, imunisasi hingga posyandu.