Maharani, Petani Gaharu yang Menghijauan Ratusan Hektar Lahan Kritis di NTB

Maharani Petani Gaharu
Sumber :
  • Facebook/Semangat Astra Terpadu

Olret – Sore itu, tampak para petani berkumpul di teras rumah Desa Sapit, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk menerima bibit buah-buahan dari BPDAS (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai).

Pembagian bibit durian, jeruk, dan alpukat ini guna ditanam di hutan kemasyarakatan (HKm) untuk program penghijauan. 

Musim hujan memang saat yang tepat untuk mulai menabur bibit. Terlebih, di Lombok saat itu masih banyak lahan-lahan kritis, tandus, tak produktif, dan ditumbuhi semak belukar.

Salah satu orang yang ikut duduk melingkar bersama para petani ini adalah Maharani. Saat itu, ia menawarkan bibit gaharu untuk ditanam selang-seling dengan bibit buah-buahan yang dibagikan BPDAS.

Meski sudah bergelar doktor, tapi ia memilih menjadi petani untuk melatih para petani di sekitar hutan, dan melatih anak-anak muda agar mau jadi petani.

Ratusan Hektar Lahan Kritis di NTB yang Memprihatinkan 

Lelaki 40 tahunan ini rela terjun langsung menjadi petani karena keresahannya melihat kondisi lahan kritis di Lombok yang memprihatinkan. 

Padahal, jika dimanfaatkan secara maksimal, lahan ini bisa mendatangkan manfaat yang besar, baik secara ekonomi maupun lingkungan.

Celah ekonomi ini kemudian dimanfaatkan Maharani untuk mengajak para petani agar mau menanam gaharu. Karena kalau mereka didekati dengan alasan untuk menghijaukan lahan, pasti petani-petani ini jelas tidak mau. 

Sehingga, sang PNS membujuk mereka dengan iming-iming ekonomi gaharu yang tidak main-main, yaitu bisa mencapai Rp5-Rp10 juta perkg.

Selain dijual, hutan gaharu juga bisa disulap menjadi daerah ekowisata. Sehingga petani dan masyarakat sekitar bisa berdaya dengan pengembangbiakan gaharu ini.

Mendengar pemaparan pendiri LRC (Lombok Research Center) ini membuat petani akhirnya luluh. Mereka bahkan bersemangat untuk menanam gaharu di lahan-lahan kritis.

Rekayasa Menghasilkan Gubal Gaharu Berkualitas Tinggi

Berbekal ilmu yang dimilikinya saat S2 dan S3, Maharani pun membawakan contoh gubal (galih gaharu) yang merupakan bahan dasar parfum. Aroma wangi pada kayu gaharu disebabkan oleh jamur Fusarium sp yang menyerang bagian gubal.

Gubal sendiri adalah bagian kayu yang masih muda yang terdiri dari sel-sel hidup dan berfungsi menyalurkan maupun menimbun makanan.

Dulu, para pengusaha mendapat gubal dari membayar orang ke hutan Kalimantan. Orang suruhan ini mencari gaharu di tengah hutan yang tersambar petir, lalu tumbang atau patah akibat proses alam, dan terserang penyakit. 

Proses “tersakitinya” gaharu ini akan membuatnya menghasilkan gubal. Namun sekarang, waktu, proses, dan tenaga untuk mendapatkan gubal ini bisa dipangkas menjadi lebih singkat dan mudah melalui rekayasa di laboratorium.

Melalui berbagai diskusi, petani akhirnya tahu kalau gubal yang bernilai ekonomis tinggi adalah yang berwarna hitam kecoklatan. 

Selain duduk-duduk santai sambil berdiskusi sore, Maharani juga mengajak petani melihat budidaya gaharu yang sudah berhasil di kelompok binaannya.

Ini menjadi penting karena masih banyak masyarakat setempat yang meyakini kalau proses terbentuknya gubal gaharu karena hal-hal mistis. Padahal di era modern, proses ini bisa direkayasa melalui pendekatan sains.

Pembentukan gubal gaharu yang diajarkan Maharani dimulai dengan menyuntikkan penyakit yang diperoleh dari jamur di sekitar tanaman gaharu. Jamur itu kemudian dikembangbiakkan di laboratorium, hingga dibuat menjadi cairan.

Selanjutnya, cairan ini dimasukkan ke dalam batang gaharu berdiameter minimal 10 cm, yang telah dilubangi dengan bor. Setelah proses ini, petani hanya perlu menunggu sekitar satu tahun dan kalau berhasil, maka gubal akan terbentuk.

Cara yang dipelajari Maharani selama belasan tahun ini telah terbukti efektif. Sehingga cairan penyakit gaharu ini sudah mulai dijual, dan sedang diurus hak atas kekayaan intelektual (HaKi).

Seiring berjalannya waktu, sekarang petani gaharu sudah semakin kreatif. Selain teknik suntikan yang diajarkan Maharani, mereka juga mengembangkan teknik pemasangan plat baja. 

Caranya adalah menanam besi/plat baja ke dalam pohon gaharu. Kemudian mereka juga menyuntik dengan cairan yang mengandung jamur. Kombinasi ini menghasilkan keberhasilan hingga 93% dibandingkan hanya dengan proses menyuntik.

Peluang Bisnis Gaharu

Harga gaharu di pasaran tidak pernah anjlok dan peminatnya juga tak pernah sepi. Bahkan, pengusaha kadang kesulitan memenuhi kebutuhan konsumen yang terus meningkat. Permintaan gaharu yang begitu banyak ini juga datang dari luar negeri seperti: Timur Tengah, Eropa, bahkan Tiongkok.

Menurut penelitian, gubal gaharu di lahan kritis memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding gaharu di tanah subuh. Hal ini karena secara sederhana, gubal terbentuk karena gaharu “tersakiti” oleh proses-proses alam.

Di lahan kritis, kondisi tanah yang kering dan berbatu akan membuat pohon gaharu lebih “menderita” dibandingkan gaharu yang tumbuh di lahan subur. 

Karena di lahan kritis, gaharu perlu usaha ekstra untuk tetap tumbuh sehingga perkembangannya menjadi lebih lambat. Kondisi tidak menguntungkan ini sama seperti saat pohon gaharu patah akibat tersambar petir, yang membuat tumbuhan ini “menderita”. Di sisi lain, lahan kritis bisa lebih hijau.

Ratusan Hektar Lahan Kritis NTB Telah Dihijaukan

Maharani dan para petani telah menanam gaharu di lahan seluas 350 hektar di Lombok Utara. Kemudian, 200 hektar di Lombok Barat, 100 hektar di Lombok Tengah, bahkan hingga 500 hektar lahan di Pulau Sumbawa. 

Ia tidak sendiri karena ada dukungan pemerintah dan tanggung jawab sosial perusahaan di balik program ini.

Setiap tahun, peminat gaharu ini semakin banyak. Bibit-bibit gaharu ini disediakan Maharani di kebun milik keluarganya. Ada yang gratis untuk petani, tapi ada juga yang dijual (biasanya dalam jumlah banyak). 

Maharani sendiri menanam gaharu di halaman rumahnya di Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur.

Para petani antusias untuk menanam gaharu karena mantan dosen pertanian ini juga mengajari mereka skema bisnis, memberikan akses ke pasar, dan melatih untuk pengembangan produk olahan. 

Selain itu, mereka juga diajarkan pola pengaturan panen jika ingin membuat kebun gaharu khusus. Hal ini agar tak semua pohon ditebang bersamaan.

Menurut Maharani, penyuntikan penyakit gaharu ini harus dilakukan bertahap, jangan langsung semua. Ketika tahun depan ingin panen 10 batang gaharu, maka suntik 10 batang saja.

Manfaat Gaharu

Sama seperti pohon kelapa, semua bagian pohon gaharu bisa dimanfaatkan dan tidak ada yang terbuang. Selain gubal yang memiliki nilai paling berekonomi tinggi (Rp5-Rp10 juta per kg), daun gaharu juga bisa dijadikan teh dan ekstrak daun gaharu ini bisa dimanfaatkan sebagai minyak gaharu. 

Menurut penelitian usu.ac.id, daun gaharu kaya akan antioksidan, meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh. Bahkan gaharu kalau dicampur ke dalam beras dalam proses memasak nasi, makanan ini akan lebih awet dan tidak cepat basi.

Sementara batangnya yang bukan gubal bisa diolah menjadi jadi tasbih, dupa, kosmetik, dan sabun. Gubal sisa pun bisa diolah lagi menjadi bahan campuran kosmetik.

SATU Indonesia Award

Kegigihan dan pengorbanan Maharani ini membuatnya layak untuk mendapatkan SATU (Semangat Astra Terpadu untuk) Indonesia Awards pada tahun 2014.

Melansir anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com, SATU Indonesia Awards adalah wujud apresiasi Astra untuk generasi muda yang berperan sebagai pelopor dan penggerak perubahan masyarakat sekitar di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, atau Teknologi.