Part 3 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Alasan mendaki gunung sindoro
Sumber :
  • www.ngayap.com

Mendengar obrolanku dan Yuni kami semua serentak beristighfar dengan pelan.

"Sudah.. Sudah jangan dipikirkan. Kita lanjut lagi dan fokus dan jangan sampai terpisah. Kita harus cepat. Kita pasti selamat. Percayalah, kita punya Tuhan!" Bang Idan memotong obrolan kami agar tidak semakin jauh. Kami semua menurut.

Kami tarik nafas panjang untuk menenangkan diri, lalu mulai berjalan lagi. Sambil berjalan itu, aku yang masih penasaran bertanya lagi pada Yuni. "Yun, jadi kamu tadi benar lihat kan yang narik aku? Aku beneran ngga bohong tadi itu yun. Tadi tangan Yun, bukan akar.''

"Iya. Makhluk itu tadi pin, aku lihat, mau bilang tapi sudah terlambat." Jawab Yuni.

Ale yang berjalan di belakangku ikut nimbrung, "kalo aku nda liat tangan, Pin. Tapi aku liat diatas pohon ada monyet besar banget, matanya merah. Dia ngikutin kita terus, tapi aku ngga berani ngomong. Takut dibilang halusinasi."

Dari belakang Bang Idan berteriak membentak kami, "cukup!! Ngga usah cerita ini itu!! Sekarang fokus aja jalan biar cepet selamat! Berdoa bukan cerita!!"

Kami bertiga langsung menciut dan kembali jalan. Dan suara-suara gaib kembali terdengar saat kami semua diam. Di balik semak jelas ku dengar suara langkah kaki, juga tawa dan tangisan. Kadang suara ranting patah lalu geraman-geraman yang berat. Namun yang paling mengganggu adalah suara-suara dari jurang yang memanggil setiap nama kami berulang-ulang.

"Fokus!'' kata Bang Idan, tegas, " Yang dipanggil jangan noleh!"

Bang Idan benar. Kami yang hanya fokus pada nafas yang mulai habis karena lelah akhirnya tak mendengar suara apapun lagi, baik dari hutan atau dari jurang di kiri kami. Begitu juga dengan segala penampakan, tiba-tiba hilang begitu saja.