Kejadian Tak Logis di Film KKN Desa Penari, Yakin Mau Nonton 2 Jam?

KKN Desa Penari
Sumber :
  • MD Pictures

Olret – Masih ingat dengan film KKN di Desa Penari. Film yang sempat viral dan booming ini memang membuat banyak penasaran. Akhirnya setelah sekian lama, saya pun berkesempatan menonton film ini di rumah untuk mengisi waktu luang.

Selama menonton lebih dari 2 jam, saya pun tak langsung menyelesaikan tontonan tersebut karena sempat tak tertarik dan bikin gregatan. Beberapa adengan yang tak logis membuatku mengatakan, selama KKN dahulu juga kita berpikir logis.

Lantas apa saja hal yang membuatku tak begitu suka dan justru banyak hal yang kurang sesuai?

1. Kata-kata kasar wahyu

Selama menonton film ini, salah satu hal yang membuatku berpikir cukup sinis adalah kata-kata wahyu yang cenderung kasar. Oke awalnya mungkin dia memiliki kebiasaan seperti itu, namun setelah memasuki KKN sudah seharusnya mahasiswa menyesuaikan diri.

Namun faktanya, sepanjang perjalanan menonton film ini, wahyu masih saja berkata-kata kasar meski sudah sering diperingatkan oleh teman-temannya.

2. Cinta segitiga pembawa malapetaka

Masih ingat dengan Ayu yang akhirnya mati tragis bersama dengan Bima. Awalnya Ayu memang langsung kepincut dengan pesona bima yang membuatnya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi sayangnya, Bima justru jatuh cinta pada teman yang lainnya dan mati-matian menyimpan rasanya. Namun saat Ayu mengatakan cinta, biama pun menolak dengan halus dan mengatakan mereka tak bisa bersama.

Ayu yang tak puas tetap memiliki cara bahkan sampai bersekutu dengan setan. Mahasiswa jatuh cinta dan ditolak kok masih bersekutu dengan setan? Begitu juga dengan Bima? Woy, jaman sudah canggih kok.

3. Sudah tahu tak nyaman tapi masih melanjutkan KKN

Selama menonton film ini, banyak kejadian yang membuat mereka tak nyaman. Bahkan kepala desa juga mengatakan sudah seharusnya mereka tak melanjutkan KKN mereka, namun Ayu tetap ngotot harus menyelesaikan KKN.

Memang jika tidak selesai KKN dan mencari tempat lain, apakah salah daripada harus menanggung akibatnya. Bukankah sudah banyak yang terjadi dan diluar nalar bagi mereka.

Sebagai mahasiswa, seharusnya mereka bisa berpikir kritis daripada hanya mengejar nilai. Bagaimana menurut kamu?