2 Siswi MTs Ciptakan Alat Pendeteksi Gas Metana Berbasis Internet of Things (IoT)
- Dok. Istimewa
Olret – Penemuan baru di bidang teknologi telah dilakukan oleh dua siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Bebrina Latif Azzahra (14) dan Raisya Qurrata Aini (14) telah menciptakan alat pendeteksi gas metana berbasis Internet of Things (IoT).
Karya kedua pelajar ini menjadi salah satu finalis di ajang Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) 2023 yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara pada 2-7 September 2023.
Ide ini bermula dari kasus ledakan di dalam area tambang Sawahlunto, Sumatera Barat, yang masih sering terjadi. Di mana Gas metana bisa ditemukan di area tambang dan sering menyebabkan ledakan apabila terpicu percikan api.
IoT merupakan alat rakitan berbentuk kotak persegi 15x10x5 cm (seukuran receiver antena). Di dalamnya ditanam rangkaian sirkuit dengan mesin utama Enhanced Smart Power (ESP) 8266.
Menurut Bebrina Latif Azzahra, ini berfungsi sebagai otak yang dapat menganalisa reseptor.
Kemudian ada sensor di sisi lain yang ditempatkan di titik-titik rawan yang dideteksi. Dimana sensor yang dipakai adalah MQ2, alat seukuran tutup botol yang didukung IC circuit, yang berfungsi untuk membaca parameter gas.
"Alat ini dapat mengenali gas-gas yang mudah terbakar dengan sensitivitas yang dapat diatur," siswi yang akrab disapa Zahra ini.
Sensor MQ2 ini disandingkan dengan sensor DHT-11, untuk mendeteksi suhu dan kelembaban. Nilai kelembaban relatif akan terukur dalam bentuk prosentase (20%-90%) dan sementara suhu akan diukur dalam satuan derajat Celcius.
Namun, antara sensor dan penerima tidak dihubungkan dengan kabel karena alat ini menggunakan sinyal internet. Sementara itu, IoT bisa bekerja dengan baik di kedalaman 800 meter di terowongan sepanjang 6 kilometer.
“Tapi alat canggih ini baru percobaan aja dan belum pernah diproduksi. Alatnya harus dibeli di Jakarta tapi untuk harganya lumayan murah. Kalau dirakit dari nol, biayanya gak sampai Rp500 ribu,” tutupnya.