Review Film Jepang Monster : Kisah Tragis Penganiayaan Guru Terhadap Siswa
Menurutku, alur kedua kurang menarik. Film ini rawan dramatisasi dengan beberapa momen yang dibuat-buat. Meskipun demikian, ceritanya tetap dibuat dengan rumit dan menggunakan metafora yang cerdas untuk menyampaikan ide-idenya. Laporan ini memberikan komentar mendalam tentang reputasi profesional, pengawasan publik, dan dinamika kekuasaan.
Arc ketiga film ini mengungkap potongan puzzle yang hilang dan mengklarifikasi peristiwa masa lalu. Anda akhirnya akan mengetahui kisah sebenarnya di balik pengalaman Minato.
Khususnya, adegan-adegan ini menampilkan penampilan sensitif dari para pemeran utama muda. Aktor Yori (Hinata Hiiragi) membawakan pesona yang polos, sementara lawan mainnya (Souya Kurokawa) memancarkan ekspresi yang halus.
Begitu pula dengan pemeran dewasa yang memberikan penampilan matang dan bernuansa. Selain itu, film ini menampilkan visual yang memukau. Sinematografer membawa pemirsa ke negeri ajaib anak-anak dengan pemandangan indah dan gambar yang mempesona.
Monster bukanlah drama romantis. Mungkin ada cinta masa kecil, tapi alur ceritanya tidak berkisar pada jatuh cinta. Film ini menangkap ketegangan mental karena menyembunyikan rahasia, tekanan untuk menyesuaikan diri, dan penderitaan karena menolak identitas Anda.
Mereka yang telah mengalami perjuangan yang sama mungkin mengenali banyak persamaan, seperti cermin dari trauma masa remaja Anda. Kisah pedih tentang setan batin akan menarik hati sanubari Anda, apa pun seksualitasnya.
Dari pertukaran kegelisahan hingga karakter yang tertindas, Monster adalah film yang suram. Sebagian besar cerita memicu pesimisme Anda, membuat Anda takut akan skenario terburuk.