Kisah Nyata : Menantang Penghuni Dunia Lain Sumbing, Ngeri.
- Viva/Idris Hasibuan
Olret – Kamu percaya atau tidak, bahwa sebenarnya manusia hidup berdampingan dengan makhluk halus. Apalagi di tempat-tempat yang jarang manusia tempati, otomatis disana pula mereka akan bersemayam. Banyak cerita kisah mistis yang di alami oleh manusia, salah satunya adalah kisah mistis para pendaki.
Seperti kisah yang pengalaman dari Rizal Setyawan yang mengisahkan kisahnya melalui laman twitternya @rizal_setyawan, ketika sedang mendaki Gunung Sumbing. Sebelumnya, ada juga kisah yang berbeda ketika mendaki salah satu gunung paling gagah tersebut. Kamu bisa baca di artikel ini, Kisah Nyata : Misteri Pendaki Tanpa Kepala di Gunung Sumbing.
MENANTANG PENGHUNI SUMBING hanya karena ego seseorang yang terlalu besar, mengakibatkan kacaunya serombongan pendaki A thread
Bismillah, kali ini aku mau bercerita tentang pengalaman aku bersama teman-temanku ketika naik gunung. Cerita ini terjadi pada tahun 2016 silam, dimana aku lagi semangat semangatnya mendaki. agenda kali ini kita rencana akan berangkat dengan jumlah 6 orang.
Aku bersama teman-temanku, sebut saja Anto, Jotir, Dawir, Vita, Dea (nama samaran) dan aku yang lebih akrab di panggil Icong. Sehari sebelum kami mendaki, kami pun memutuskan untuk berdiskusi terlebih dahulu untuk mendaki ke gunung mana. Setelah mengobrol ngalor-ngidul, akhirnya keputusan kami pun bulat. Mendaki Gunung Sumbing, dengan ketinggian 3.371 Mdpl.
Hari H pun tiba, kita semua bertemu di suatu tempat yg kita rencanakan "sudah siap semua?" kataku
"dea kemaya ya?" tanya dawir "
ya gak tau lah, kamu pikir aku bapaknya" kata jotir "
Dea gk dibolehin sama orang tuanya" tegas vita "aku aja gk pamit tetep berangkat, pokoke loss gk rewel" canda jotir. jotir ini emang orangnya gk ada ahklak kalo kata orang jawa menungso ora toto
Akhirnya kita sepakat berangkat ber 5. di sela sela obrolan kami terdengar dering telefon, setelah dicek ternyata dea mengirim pesan yg isinya "hati hati ya semuanya, maaf aku gk jadi ikut. sekarang malam 1 suro. Ibuku punya firasat gk enak, jadi aku gk dibolehin sama ibu"
"pas banget ini!" kata dawir "maksudmu apa?" tanya anto "jangan aneh aneh diguning wir" tegas vita aku udah punya firasat gk enak atas perkataan dawir tadi. mengingat dia nekat banget rela ngelakuin apapun demi sesuatu yg dia mau
kita berangkat dari rumah pukul 11 siang menggunakan sepeda motor tanpa ada kendala apapun. sesampainya di base camp kita istirahat sebentar sambil mengurus simaksi
"ada berapa rombongan pal yg mendaki hari ini?" tanyaku kepada petugas setempat "hari ini sedikit mas cuma ada 3 rombongan sudah naik tadi pagi" jawabnya
"yg kemarin mendaki ada banyak pak?" tanya anto "ya lumayan rame sih mas, tinggal 2 rombongan yg belum turun, tapi disini tercatat turun hari ini" jelasnya
waktu menunjukan pukul 14.00 siang. kami bersiap untuk tracking siang itu kemudian berdoa dan itulah awal mula hal buruk menimpa kami
kita sepakat untuk totalitas alias tidak menggunakan jasa ojek sampai di pos 1. sekitar 2jam melewati medan berbatuan yg tersusun rapi terjal dan pemandangan kebun warga di samping kanan dan kiri kami
disepanjang perjalanan vita melihat sesuatu yang janggal di mana terlihat jejak kaki orang tapi hanya satu kaki, bukan sepasang kaki menginjak injak tanaman warga setempat
ukurannya pun tidak normal, terlalu besar untuk ukuran kaki manusia "RUSAK TANAMANKU, GARA GARA PONJO LEWAT" kata petani tua dengan rokok beraroma menyan sedang berdiri disamping jalur
sontak kami semua kaget mendengarnya terlintar banyak tabda tanya difikiran kami apa itu ponjo?, siapa merwka entahlah kami semua tidak tahu
muncul rasa was was diantara kami semua "perasaanku gk enak, mending kita pulang aja" cletuk vita "kita udah sanpe sini, rugi kalo pulang sekarang" tegas dawir "iya, yg penting niat kita gk aneh aneh" tegasku
sekitar pukul 16.00 kami tiba di pos1 kami memutuskan untuk istirahat sembari solat asar dan ngopi + merokok
ketika situasi sudah mulai aman, kami memulai perjalanan kami kembali kini sudah mulai terlihat suasana hutan jauh didepan kami
ditengah tengah perjalanan kami berpapasan dengan satu rombongan ber4 turun dari puncak. syukurlah, gunung ini gk terlalu sepi pikirku saat itu
seiring berjalannya waktu, hari mulai gelap kabut mulai turun ditambah kami mulai memasuki hutan rimbun dengan pohon pinus yg besar besar
terdengar samar samar suara adzan magrib membuat perjalanan kami terasa semakin ngeri pada malam itu
hari semakin gelap, kami mulai mengatur formasi barisan agar tidak terpisah satu sama lain ada anto yg paling depan, kemudian diikuti jotir, dawir, vita dan aku yg paling belakang
tiba tiba terdengar suara langkah kaki dari arah belakang ketika aku mengengok terlihat petani tua yg tadi sore kita jumpai tepat ada dibelakangku
"hati hati nak, temanmu diawasi & dijaga baik baik" kemudian orang tadi hilang begitu saja dan aku diam mematung fikiranku seketika jadi kosong
tiba tiba ditepuk pundakku dengan vita, seketika kesadaranku kembali dan berfikir apakah kejadian tadi hanya halusinasi? apa temanku melihat apa yg aku lihat? entahlah
rasa lelah & dingin menyelimuti kami semua dan seketika kita memutuskan istirahat ditengah perjalanan antara pos1 menuju pos2
disela sela istirahat tiba tiba kami mendapati ada sesuatu jatuh dari atas pohon. terkejutnya kami setelah tau benda yg jatuh tadi adalah gumpalan rambut yg terlihat basah
berlumuran cairan merah kental sedikit hitam. kami semua melihat kejadian itu, tapi kami berlagak seolah olah tidak terjadi apapun agar pendakian ini tetap dalam situasi aman
"yuk lanjut lagi, ada yg mantau kita nih kayaknya" kata anto "to kamu belakang ya gantian aku yg depan" kataku "sampai pos2 aja ya, nanti ganti posisi lagi" sahutnya
posisi berganti, aku sekarang depan kemudian diikuti jotir, dawir, vita dan anto diposisi belakang. singkat cerita setelah berjalan kurang lebih satu jam aku melihat samar ada banyak orang memakai baju serba putih duduk melingkar seperti orang sedang mengaji
tepat berada dipos2 yg ada dihadapanku disitu aku merinding setengah mati. dan nampaknya hanya aku yg melihat, mencoba tetap tenang. tiba tiba..........
"an