Kenali! Inilah 7 Tipe Pembohong Yang Ada Dalam Hubungan

Tanda Kamu Berkencan Dengan Pembohong Patologis
Sumber :
  • u-repot

Olret – Jujur dan terbuka adalah salah satu pondasi menjalin hubungan sehat nyaman juga bahagia. Tapi, apakah kamu yakin, jika kamu atau pasanganmu selalu jujur saat menjalani hubungan kalian?

3 Pertanyaan Ini yang Bisa Membuat Relationship Makin Sehat, Yuk Dicek!

Kebohongan, meski itu karena hal yang paling sepele, bisa saja terjadi dalam suatu hubungan. Namun, tidak semua kebohongan selalu berakhir dengan buruk atau berniat tidak baik pada orang yang dibohongi. Beberapa kebohongan, dimaksudkan supaya salah satu tidak merasa kecewa. Meski tetap saja, saat mengetahui kebenarannya dia akan merasa sakit hati karena sudah dibohongi.

Karena itu, lebih baik kenali 7 tipe pembohong dalam hubungan ini. Kemudian ambil langkah paling bijak, jika itu terjadi pada hubunganmu. Khususnya saat kebohongan itu berakhir toxic. Jangan ragu untuk mengambil langkah pergi.

1. Kompulsif

Teaser Midnight Romance di Hagwon : Wi Ha Joon dan Jung Ryeo Won

 

Upaya Memperbaiki Hubungan Setelah Bertengkar Hebat

Photo :
  • u-report
Perjalanan Kisah Asmara Lee Do Hyun dan Lim Ji Yeon

Orang yang dengan jelas menunjukkan gelagat sedang berbohong, seperti menghindari kontak mata, membuat cerita yang terlalu dibuat-buat, gugup dan berkeringat, itu disebut pembohong kompulsif.

 

Orang dengan tipe pembohong ini, sangat terlihat jelas jika dia sedang berbohong karena suatu alasan. Dan kamu dapat mengetahui jika dia sedang berbohong dengan berbagai tanda yang disebutkan di atas. Tipe pembohong ini tidak terlalu buruk, tapi tetap saja kamu harus berhati-hati.

2. Narsistik

Seseorang dengan kepribadian narsistik, juga cenderung melakukan kebohongan yang berpusat lebih banyak pada dirinya. Beberapa menunjukkan tanda kompulsif, jadi sangat jelas jika dia sedang berbohong. Beberapa sudah cukup mahir dan tenang, karena sudah menjadikan kebohongan itu sebagai kebiasaan.

Pembohong narsistik biasanya tidak merasa jika kebohongannya adalah suatu kesalahan. Dan dalam kebohongan itu, dia selalu menjadikan dirinya seolah sebagai pahlawan, melebih-lebihkan kemampuan yang dimiliki dan sangat menyukai menjadi pusat perhatian. Jadi dia akan melakukan hal itu terus menerus, untuk memuaskan sifat narsisnya.

3.Patologis

Berbanding terbalik dengan pembohong kompulsif, pembohong patologis cukup mahir dalam berbohong. Dia tidak akan menunjukkan tanda jika dia sedang berbohong, bahkan mampu menatap mata pasangan untuk meyakinkan kebohongannya. Selain itu, saat berhadapan dengan pembohong patologis, kamu akan sulit menentukan benar dan salah. Karena dia, akan berbohong terus menerus dan menjadikan itu kebiasaan.

Biasanya tipe pembohong ini, berbohong sebagai suatu respon untuk melindungi diri atau sebagai pertahanan terhadap rangsangan apapun, khususnya saat terjadi hal yang buruk. Beberapa orang yang mempunyai traumatis, biasanya menggunakan kebohongan ini untuk melindungi diri.

Saat menghadapi tipe pembohong ini, disarankan untuk tidak bertindak agresif saat mengetahui kebenarannya. Coba ajaklah berbicara dari hati ke hati, supaya dia mau jujur pada dirimu. Apalagi, jika dia mempunyai trauma,  menumbuhkan kepercayaan dan kenyamanan dalam hubungan, memang tidak mudah.

4. Sosiopat

 

Dia terus-menerus bertengkar denganmu

Photo :
  • freepik.com

Sosiopat adalah orang tanpa/minim empati, yang melakukan kebohongan untuk memanipulasi dan memanfaatkan orang lain. Dia termasuk salah satu manipulator ulung. Saat melakukan kebohongan, dia tidak memperdulikan dampak negative yang akan kamu rasa, bahkan dia juga tidak mengasihani kamu. Baginya, asal mendapatkan apa yang diinginkan, kamu melakukan apa yang dia perintahkan, membolak-balik fakta atau membuat cerita fiksi sampai playing victim akan dilakukan. Sehingga tak jarang tipe pembohong ini akan menyebabkan kerugian pada banyakpihak.

 

Untuk jenis pembohong ini, kamu harus sangat berhati-hati dan lebih baik tidak menjalin hubungan dengan dirinya. Bahkan jika dia menunjukkan kepeduliannya, sangat mungkin itu hanya sedang berpura-pura.  Dia akan membuat kamu terus berpikir sebagaimana keinginannya, membuat kamu sulit menemukan kebenaran dan tidak peduli pada kenyamanan kamu. beberapa orang yang terjebak dengan orang sosiopat, sangat mungkin mengalami tekanan mental.

5. White Lies

Ketika kamu mendengar orang yang berbohong dengan maksud yang baik, entah untuk melindungi dirinya sendiri atau orang yang dibohongi, itulah yang disebut dengan kebohongan putih ata white lies. Beberapa orang percaya jika kebohongan ini, bukanlah kebohongan yang sebenarnya dan masih bisa ditoleransi atau dimaafkan. Selain itu juga cenderung tidak berbahaya bahkan memberikan manfaat.

Pembohong ini biasanya percaya jika dirinya tida bermaksud menipu dan ada keinginan untuk mengungkapkan kebenaran, namun entah kapan. Hanya saja, tetap akan cukup mengecewakan, jika orang yang dibohongi sadar jika pasangannya telah berbohong.

6. Ceroboh

Pembohong yang menyadari jika dia melakukan kebohongan dan menyakiti pasangan. Namun melakukan kebohongan terus menerus, karena sadar sudah melakukan kesalahan, disebut pembohong ceroboh. Alasannya, karena saat melakukan kebohongan dia melakukan tindakan ceroboh yang membuat pasangan curiga. Tapi saat dikonfrontasi atau dimintai kejujuran, dia terus mengelak, bahkan terus berbohong. Misalnya saja, dia melakukan perselingkuhan. Hal itu akan membuatnya terus menerus membohongi pasangan.

Nah, lebih baik menghindari tipe pembohong ini. Karena hanya akan membuat kamu stress dan tertekan.

7. Khilaf (Sesekali Berbohong)

Kebanyakan orang memang terkadang berbohong, baik pada pasangan, dirinya sendiri maupun orang lain. Namun dia melakukan itu karena kekhilafan atau sebenarnya tidak ada keinginan untuk melakukannya.

Karena itu, muncul perasaan bersalah yang hebat setelah dirinya berbohong serta rasa penyesalan. Sehingga saat mengakuinya dia akan meminta maaf secara tulus dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, serta memperbaiki semuanya.

Berbohong bukan hal yang biasa untuk tipe ini. Jadi, jika alasannya masih bisa diterima dan dia berusaha memperbaiki diri. tidak ada salahnya memaafkan juga memberikan kesempatan kedua.