6 Hal Ini yang Harus Kamu Pahami Sebelum Menikah Agar Tidak Menyesal

Hal Ini yang Harus Kamu Pahami Sebelum Menikah
Sumber :
  • SBS

Olret – Lika liku perjalanan pernikahan atau rumah tangga, terkadang tidak seindah seperti saat kamu membayangkannya. Justru, jika kamu tidak/belum mempersiapkan segala hal itu, khususnya mentalmu. Pernikahan bisa menjadi masalah baru, kelelahan yang tiada hentinya, juga kehidupan membosankan dan monoton dengan anak serta pasangan.

Dijodohkan Dengan Anak Kiai, Ini Curhatan Ning In'am Nafila Tentang Suami

Oleh sebab itu, sejak awal, akan lebih baik bagi kamu untuk memahami beberapa hal sebelum menikah. Jangan lebih dahulu berekspetasi tinggi soal kehidupan rumah tanggamu, dan cukup menjalani serta menerimanya sepenuh hati.

Dan semoga, dengan membaca beberapa pemahaman dalam artikel ini akan membantumu untuk menghindari penyesalan setelah menikah dan bisa menemukan rumah tangga yang samawa dengan pasangan, sebagaimana yang kamu harapkan.

1. Menikah Berarti Tanggung Jawab dan Peranmu Semakin Bertambah dan Berat.

Untuk Para Pejuang Mahar, Semoga Allah Mudahkan Untuk Segera Melamar

Hal Ini yang Harus Kamu Pahami Sebelum Menikah

Photo :
  • SBS

Kesalahan yang sangat besar, jika kamu berpikir bahwa setelah menikah, kamu bisa menaruh segala kebahagianmu pada pasanganmu. Berpikir, bahwa tugasmu akan menjadi lebih ringan, kamu bisa lebih bersantai dan segala yang kamu inginkan akan tersedia begitu saja.

Ta’arauf Atau Pacaran, Terpenting Jangan Pernah Membeli Kucing Dalam Karung

Justru sebaliknya, menikah berarti tugas dan tanggung jawab baru akan menanti. Bukan hanya soal menjadi pasangan yang baik, tapi juga beradaptasi dengan keluarga, kebiasaan baru, adat dan latar belakang yang asing dan berbeda.

Jika kamu tidak melakukannya dengan keikhlasan yang maksimal dan mudah mengeluhkan semua hal. Maka kehidupan rumah tangga, tanggung jawab serta peranmu bisa jadi lebih sulit dan berat.

2. Ujian Rumah Tangga Yang Beragam dan Silih Kali Berganti

Membuat Rumah Tanggamu Tidak Harmonis

Photo :
  • freepik.com

Tidak ada yang namanya perjalanan mulus tanpa hambatan. Pasti akan ada banyak ujiannya baik dari internal rumah tangga, hingga faktor eksternal. Sehingga kamu harus benar-benar menyiapkan diri khususnya mental untuk menghadapinya. Apalagi pernikahan bukan hanya tentang kebahagiaan tapi usaha untuk bertahan sampai akhir dalam keadaan apapun.

Salah satu masalah yang sering hadir secara internal, bisa masalah kecocokan, kebosanan, atau finansial dengan pasangan. Faktor, eksternal, bisa datang dari orang ketiga,  baik itu keluarga maupun orang asing.

Terkadang, saat kamu selesai menghadapi satu ujian, masalah lain juga muncul serta berdatangan. Jadi kamu harus menyiapkan stok sabar tanpa batas dan keikhlasan tingkat tinggi untuk berhasil melewatinya

3. Baby Blues Syndrom Yang Membahayakan Setelah Menikah.

Anak sholehah

Photo :
  • freepik.com

Baby blues syndrome adalah keadaan depresi ibu setelah melahirkan, biasanya sangat mungkin terjadi pasca melahirkan dan sedang menyusui anak-anaknya. Gejala ini bukan berarti menandakan bahwa rumah tanggamu tidak bahagia, bahkan di keluarga yang harmonispun bisa saja muncul gejala ini.

Oleh sebab itu, sangat penting bagi pasangan dan keluarga untuk menjaga baik psikis ibu muda. Perhatian dan kasih sayang lebih banyak diberikan agar para ibu lebih nyaman mengurus diri dan bayinya. Jangan mudah menghakimi, membandingkan atau mengolok. Ingat, bahwa kemampuan dan pertahanan setiap orang berbeda.

Jadi pastikan, kamu menikahi seseorang yang tulus peduli denganmu dan tidak akan membiarkanmu sendirian dalam menghadapi baby blues syndrome ini. Karena sangat banyak, para ibu yang gagal melewatinya, bahkan keinginan untuk membunuh anaknya sendiri sangat besar.

4. Menikah Tak Berarti Membebaskanmu Dari Kejulidan Orang Lain

Menikah Di Usia Dini

Photo :
  • freepik.com

Ketika kamu masih jomblo, apalagi ketika usiamu sudah cukup atau lebih untuk menikah. Kamu akan sering diberondong oleh pertanyaan “kapan menikah” oleh orang lain.

Namun, setelah menikah pun, ternyata kejulidan orang lain tidak akan berhenti. Pertanyaan baru seperti “kapan punya anak”, “kapan punya rumah”, “kapan punya anak lagi”, akan memberondong hari-harimu kemudian.

Sehingga menikahlah, bukan karena takut dikejar pertanyaan “kapan”, namun ketika kamu dan pasanganmu benar-benar siap untuk menjalaninya. Sehingga, kalian tidak terlalu terbebani dengan kejulidan orang lain dalam rumah tangga.

5. Finansial Adalah Masalah Yang Penting. Putuskan Dengan Bijak Bersama Pasangan Sebelum Menikah

Efek Menikah Dengan Suami Narsis

Photo :
  • freepik.com

Satu hal yang harus kamu tandai bahwa setelah menikah, tidak berarti kamu meninggalkan pekerjaanmu dan hanya fokus mengurus  rumah tangga saja. Banyak sekali ibu yang bekerja sekarang ini, sembari mengurus rumah tangga dan anak-anak dengan sangat baik.

Oleh sebab itu, akan lebih baik bagi kamu untuk membicarakan masalah pekerjaan dan finansial bersama pasanganmu. Jangan sampai ketika rumah tangga berjalan, masalah finansial menjadi penyebab kehancuran rumah tangga yang kalian bangun bersama.

Selain itu, jika memang pasangan memintamu untuk fokus di rumah dan berhenti bekerja. Pahami juga, apakah dia mengerti kewajiban dan nafkah yang harus disediakannya. Sehingga tidak ada yang akan merasa terdzalimi atau paling berjuang dalam rumah tangga itu.

Bangun komunikasi secara terbuka dengan pasanganmu dalam segala hal, termasuk masalah finansial kalian kedepannya.

6. Menikah Tak Berarti Tak Bisa Bercerai. Pasangan Bisa Berubah. Namun Jika Masih Berkomitmen Tetap Pertahankan

Kebiasaan Buruk Dari Pacaran yang Harus Dihilangkan Setelah Menikah

Photo :
  • ENA

Kadang kala cinta itu seperti bunga. Ada masanya begitu ranum dan bersemi, ada masanya akan layu dan mati. Sehingga perasaan cinta dan perjuangan hebat di awal, tidak akan menjamin akan bahagia untuk seterusnya.

Kamu harus mengerti bahwa pasanganmu bisa saja berubah. Bersyukur jika dia berubah menjadi lebih baik dan dewasa, namun bisa saja dia menjadi semakin kekanakan serta egois dalam hubungan kalian. Oleh sebab itu, menikah bisa saja bercerai, bisa saja berpisah. Apalagi ketika keadaan memang semakin memburuk, hingga mengancam jiwa seseorang.

Bukan  menjadi kesalahan, saat kamu memutuskan untuk berpisah, saat pasanganmu berubah menjadi toxic. Bukan kesalahan pula, saat kamu berupaya membahagiakan dirimu sendiri dalam pernikahan yang memang sulit untuk dipertahankan. Terpenting, kamu tidak lupa pada konsekuensi dan kewajiban khususnya untuk anak-anak kalian.

Sehingga sejak awal, akan lebih baik jika kamu mencintai pasanganmu sejawarnya, berjuang untuknya dengan layak, lalu merelakan dirinya seutuhnya. Meski kamu tetap berusaha memberikan yang terbaik dengan setulus hati, jangan pernah mengorbankan kebahagiaanmu sendiri. (Ika Tusiana)