Kisah Ini Untukumu, Rindu yang Bukan Menjadi Milikku Lagi
Sejak persuaan itu, wajahmu selalu menghiasi hari-hariku. Kadang aku senyum sendiri bagaikan anak kecil yang menunggu pelukan sang bunda. Lima dollar yang menjadi saksi kita, masih tersimpan rapi dan akan selalu rapi.
Bukan masalah nilai nominalnya, tapi kenangan tersebut tak bisa kubeli kembali dengan beribu dolar. Bukankah lima dollar sebenarnya tak punya arti? Tapi, bagiku itu sangat berarti, sama dengan hembusan nafas-nafasku sendiri.
Bahkan Tak Pernah Kamu Pinta, Aku Mulai Meuliksi Wajahmu. Maafkan Aku yang Terlalu Mencintaimu.
Tak banyak cara untuk bertemu denganmu, karena kamu sendiri masih teguh dengan ajaran agama. Pemuda mana yang tak suka gadis sepertimu, solehah, cantik dan anggun. Bagaikan bulan yang merindukan pungguknya, itulah aku sekarang.
Wajahmu yang anggun, menjadi salah satu koleksi lukisanku. Mungkin inilah lukisan yang paling indah bagiku, dan berharap tiada lukisan lain seindah dirimu.
Dan Tak Lupa, Aku Selalu Mendoakanmu di Setiap Sujudku
Hanya satu harapanku, hidup bersamamu sampai akhir hidupku. Hidup di sebuah desa kecil tapi tak terpencil. Inilah doaku setiap sujudka, semoga kamu tulang rusukku yang hilang.