Selamat! Akhirnya Kalian Menikah, Terima kasih Telah Memberiku Luka!
- Tangkapan layar instagram @keluarga.baba
Olret – Pernikahanmu bukanlah kesalahan. Begitu juga lukaku, bukanlah hal yang memalukan. Saat ini, kita sama-sama merasakan sesuatu yang berasal dari hati. Bedanya kalian sedang terbuai kebahagiaan, sedangkan aku tersesat dalam pilunya kenangan.
Aku bukannya lemah. Aku hanya ingin meresapi setiap duka sedalam-dalamnya, sebelum akhirnya ia hilang seluruhnya. Aku memang terluka, namun aku bahagia. Kutahu setidaknya ini adalah luka terakhir yang bisa kau ukir. Ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menyakitiku.
Selamat, akhirnya kalian menikah. Terima kasih telah memberiku luka yang paling parah. Sebentar lagi semua rasa ini akan musnah.
Maka lihat saja nanti, setelah aku berhasil berdamai dengan situasi ini. Tidak namamu, pun tidak kisahmu mampu mematahkan hatiku. Terima kasih karena telah mempercepat proses lukaku. Selamat berbahagia, diriku.
Dibalik Kenyataan yang Berlawanan Dengan Keinginan Hati, Aku Percaya Allah Sedang Memegang Kendali.
Meski pada awalnya aku akan kecewa, terluka, dan bahkan berlinang air mata. Sebab rencana yang sudah kubangun sekian lama, terpaksa pupus karena Tuhan tidak menghendakinya berjalan mulus. Akan ada banyak tanya yang berputar di kepala. Juga ribuan mengapa yang entah apa jawabnya.
Namun aku tetap meyakini, suatu hari waktu pasti membuatku mengerti. Bahwa atas keinginan yang urung jadi kenyataan dan atas rencana yang sengaja dibuat-Nya sirna, adalah sesuatu yang lebih baik sedang menungguku di sana. Kutahu ketika Tuhan sudah memegang kendali, maka tak ada yang perlu kuragukan lagi.
Atas Janji yang Teringkari, Atas Harapan yang Gagal Terpenuhi. Aku Dengan Penuh Keberanian Melepasmu Menemukan Kebahagiaan.
Jika yang kau inginkan bukanlah aku. Jika bahagiamu pun bukan aku. Maka habislah alasanku untuk menahanmu lebih lama dalam harapanku. Hatiku bukanlah penjara untuk mengekang siapa pun di dalamnya. Hatiku merupakan ruang sederhana bagi jiwa yang dengan senang hati berdiam di sana.
Berhubung hatiku membutuhkan kedamaian, izinkan aku mengasingkanmu dari ingatan. Entah sampai kapan, maukah kita berperan untuk tidak saling mengenal? Ku ingin menggali makna hidup yang mulai redup, kemudian menemukan bahagia tanpa kamu sebagai perantara.
Sebagaimana aku melepasmu dengan keberanian, kuharap kau mau mengubur semua tentangku dalam kedamaian.
Dan Hal Terbaik yang Harus Kulakukan Setelah Kamu Tiada Adalah Menjadikan Diriku Lebih Bahagia.
Setelah banyak waktuku terbuang-buang sia-sia. Habis sudah energi untuk menangisi yang hilang. Jika ada hal yang kulupakan sejauh ini, maka itu adalah diriku sendiri. Aku terlalu fokus terhadapmu sampai mengabaikan kebahagiaanku sendiri. Sempat kulakukan apapun agar kamu bertahan. Namun semuanya kau balas dengan penghianatan.
Mustahil bagiku menarik waktu yang telah hilang. Aku hanya bisa menata untuk waktu yang akan datang. Waktu yang 'kan kuinvestasikan untuk diriku seorang. Akan kubangun istana dimana aku adalah ratunya. Setiap ruangnya akan kuhiasi bahagia yang mana tiada seorangpun bisa merenggutnya.