Nurman Farieka Ramdhany Ciptakan Inovasi Sepatu Kulit Ceker Ayam untuk Lindungi Fauna Langka
- Astra
Olret – Kulit hewan telah banyak digunakan dalam produksi fashion baik dalam bentuk tas, sepatu, sabuk, dan lain sebagainya. Biasanya, kulit hewan yang digunakan dalam motif fashion bermerk ini merupakan hewan buas seperti buaya, harimau, maupun ular, yang mana beberapa dari spesies hewan ini sudah terancam punah dan mulai langka.
Namun, banyaknya permintaan konsumen akan produk fashion jenis ini membuat para pengrajin harus terus tetap memproduksinya. Berangkat dari permasalahan ini seorang pengrajin bernama Nurman Farieka Ramdhany akhirnya memutar otak untuk menggunakan kulit hewan yang mudah didapat sehingga tetap menjaga kelestarian fauna langka.
Sehingga tercetuslah ide untuk memanfaatkan kulit kaki ayam atau biasa disebut kulit ceker sebagai bahan baku sepatu buatannya.
Nurman mengaku mendapat ide kreatif membuat sepatu dari kulit ceker ayam saat dirinya makan mie ayam. Kemudian, di tahun 2015 ia mulai fokus untuk mengembangkan idenya dan mengolah sepatu buatannya sebagai inovasi kekinian. Setelah mengumpulkan modal, Nurman mulai membuat sepatu dari kulit ceker ayam ini.
Model sepatu kasual buatannya kemudian mulai ia perkenalkan pada para pelanggan, sembari terus melakukan inovasi pada kulit ceker ayam sebagai bahan utama pembuatan sepatunya.
Tidak hanya itu, Nurman juga mencari cara untuk perawatan ceker ayam agar menghasilkan warna yang cantik dan unik sebagai fokus utamanya. Ia memanfaatkan teknologi penyamakan dengan masa uji coba selama satu tahun. Setelah melalui masa percobaan yang panjang, Nurman akhirnya memberi nama sepatu berbahan dasar kulit ayam buatannya ini Hirka.
Berselang 2 tahun kemudian, di tahun 2017 Nurman memamerkan Hirka di INACRAFT dan di 2019 ia berhasil mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Baginya, sepatu kulit ceker ayam buatannya bukan hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan. Namun ia berupaya menjembatani pasar dan para pengrajin. Sehingga keperluan kedua belah pihak bisa terpenuhi sesuai ekspektasi dan pengrajin pun bisa memproduksi sesuai keinginan pasar.
Ide, inovasi, dan kegigihan Nurman ini berimbas pada kenaikan perekonomian pengepul ceker ayam di pasar dan pengurangan limbah kaki ayam. Ia yang awalnya hanya memproduksi sepatu kulit ceker ayam saat ada pesanan, kini Nurman bisa memproduksi sendiri Hirka hingga mencapai 200 pasang sepatu.
Sementara untuk teknik pemasaran dari sepatu kulit ceker ayam ini menggunakan sistem dari mulut ke mulut hingga berhasil dipasarkan di Cibaduyut Bandung, lokasi sepatu-sepatu berkualitas baik di Kota Bandung.
Namun seiring berjalannya waktu dan semakin besarnya nama Hirka, sepatu ini sudah merambah ke berbagai daerah di Indonesia seperti Aceh, Kalimantan, Jakarta, Jawa, dan Sumatra. Bahkan, Hirka juga telah diekspor hingga Singapura, Malaysia, Hongkong, Brasil, dan Prancis.
Nurman tidak hanya berhasil kenaikan perekonomian pengepul ceker ayam di pasar dan pengurangan limbah kaki ayam, tetapi ia juga tidak mengganggu kelestarian hewan yang dilindungi. Ide kreatifnya ini juga telah mengangkat brand lokal berkualitas bahkan hingga ke mancanegara.