Menginspirasi Lewat Literasi, Irwan Bajang: Literasi Tak Sekedar Baca Buku

Irwan Bajang
Sumber :
  • Photo on Instagram by @irwanbajang

Olret – Kemiskinan dan kebodohan adalah penyakit, salah satu obat mujarabnya adalah buku dan pendidikan – Irwan Bajang

Kisah Trisno, Sulap Dusun Kecil Menjadi Desa Wisata Menari Yang Mempesona

Menulis bagi saya pribadi adalah proses menyembuhkan, melalui tulisan, lewat sebuah karya yang dibaca banyak orang saya bebas bercerita mengeluarkan kegelisahan dihati tanpa orang sadari. 

Ya seajaib itu efek sebuah literasi. Namun sayangnya, mimpi untuk memiliki sebuah buku yang bersampulkan nama saya sendiri terhalang banyak hal.

Dirikan IBC dan Independent School, Irwan Bajang Mendongkrak Semangat Penulis Untuk Menulis

Salah satunya adalah penerbitan. Saya pernah ditipu oleh sebuah penerbit, karya saya hilang begitu saja, tidak ada kejelasan sampai kini, saya pernah mengirim banyak naskah tulisan ke beberapa penerbit mayor maupun indie namun berakhir tanpa jawaban.

Meski era digital memberi banyak kemudahan dengan lahirnya banyak wadah-wadah menulis bagi para penulis sebut saja seperti Wattpad atau platform menulis online lainnya, namun tetap saja sebagai seorang penulis, memiliki sebuah karya yang dibukukan, diterbitkan dan dapat dipasarkan secara luas adalah sebuah pencapaian luar biasa. Menambah kualitas tulisan, diakui dan diminati.

Dharma Sucipto, Lewat Ekstrakulikuler Sekolah Ciptakan Berbagai Kreasi Jajanan Sehat

Cerita pahit saya dalam dunia literasi, hanya bagian kecil dari cerita-cerita para penulis pemula atau generasi muda lainnya untuk menerbitkan buku sendiri.

Irwan Bajang

Photo :
  • Photo on Instagram by @irwanbajang

Indie Book Corner

Hal inilah yang kemudian menjadi dasar seorang pria bernama lengkap Irwan Firmansyah atau lebih akrab disapa Irwan Bajang mendirikan sebuah penerbit Indie yang diberi nama Indie Book Corner (IBC) pada tahun 2009 silam.

Pria kelahiran 22 Februari 1987 Lombok Timur yang saat ini berdomisili di Sleman, Jawa Tengah, dikenal sebagai pengiat literasi terutama bagi penulis muda.

Irwan Bajang memahami kesulitan dan kendala-kendala yang banyak di temui para penulis dalam menggirim, mencetak dan memasarkan karyanya.  Sebagai seseorang yang juga pernah merasakan hal yang sama dalam menerbitkan sebuah buku, Irwan Bajang memahami betul bagaimana perasaan dan hambatan-hamabatan tersebut. Sehingga melalui Indie Book Corner, Irwan Bajang ingin menegaskan bahwa menerbitkan sebuah buku tidaklah serumit yang dibayangkan banyak orang dan dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri.

Proses panjang yang biasa terjadi pada penerbit mayor dipangkas sehingga tidak memakan waktu yang lama. Indie Book Corner (IBC)  tidak sekedar melayani penerbitan, namun Indie Book Corner juga memfasilitasi percetakkan dan jasa konsultan.

Indie Book Corner menyasar penulis-penulis pemula atau penulis-penulis muda yang karya-karyanya tidak dilirik penerbit mainstream atau penerbit mayor. Baginya salah satu solusi efektif dan terpercaya dalam dunia literasi adalah kesinambungan antar penulis dan penerbit.

Indie Book Corner telah membuktikan performanya. Setelah melalui banyak tantangan, Irwan Bajang dan kawan-kawan mampu membawa Indie Book Corner menunjukan eksistensi hingga diakui masyarakat. Buku garapan Indie Book Corner berhasil ikut dalam Frankfurt Book Fair untuk menjangkau pasar Internasional. Bahkan buku karyanya sendiri berjudul “ Kepulangan Kelima” buku kumpulan puisi berhasil lolos kurasi dan diterjemahkan ke Bahasa Inggris untuk dibawa ke London Book Fair.

 

Literasi itu tidak sekedar baca buku,tapi bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain walaupun di Media Sosial

- Irwan Bajang

{{ photo_id=12669 }}

Independent School

Tak hanya sekedar merintis usaha penerbitan, Indie Book Corner, Irwan Bajang juga merintis Sekolah Menulis yang diberi nama Independent School. Merupakan sebuah wadah pendidikan tulis menulis, memberikan edukasi literasi) kemampuan menulis dan membaca pada masyarakat, tak sekedar mengenai seluk beluk dunia literasi namun juga berbagai kelas kreatif seperti menyunting naskah hingga pengerjaan sampul buku.

Bagi Irwan Bajang, rendahnya minat baca masyarakat Indonesia seperti yang dikutip dari World’s Most Literate Nations Tahun 2016, dimana Indonesia menepati urutan ke dua dari belakang sebagai negara dengan rendahnya minat baca masyarakatnya hanyalah sebuah stigma negatif. 

Sebab banyak keterbatasan para pecinta literasi dalam mencari bahan-bahan bacaan atau buku-buku bacaan terutama di daerah-daerah. 

SATU INDONESIA AWARDS

Kegigihannya mengenalkan literasi kepada masyarakat,  merangkul para penulis muda untuk semangat menerbitkan buku mengantarkannya menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards dari Astra dalam bidang Pendidikan tahun 2014 silam.

“Literasi tidak melulu bicara soal baca dan tulisan. Melainkan bagaimana masyarakat saling berkomunikasi, menangkap gagasan, dan menyampaikannya kembali. – Irwan Bajang