Orang Desa Juga Melek Sastra, Heri Chandra Santoso Membuktikannya
- Viva.co.id
"Ilmu tidak terbatas dimana dirimu tinggal"
Mau itu di kota, di desa atau dimanapun, ilmu pengetahuan termasuk sastra adalah hak setiap orang. Bahkan seorang seniman sejati hingga terkenal, bisa saja memulai perjalan hidupnya dari tanah, jalanan dan pematang-pematang sawah di pedesaan. Jadi, membatasi seseorang hanya karena tempat tinggalnya, merupakan tindakan yang tidak bijak.
Semangat dan kepercayaan itulah yang kemudian menuntun Heri Chandra Santoso dan Sigit Susanto mendirikan wadah atau komunitas sastra bagi pemuda/masyarakat desa pada tahun 2008.
Komunitas tersebut dinamai "Komunitas Lereng Medini" (KLM) di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah. Awalnya itu adalah sebuah pondok baca yang bernama Pondok Maos Guyub yang kemudian berganti nama menjadi KLM. Nama 'Medini' sendiri diambil dari nama perkebunan teh Medini.
Heri dan Sigit sama sekali tak berekspektasi tinggi ketika mendirikan pondok baca alias perpustakaan tersebut. Apalagi, kala itu gempuran internet juga sudah masuk di wilayah pedesaan, sehingga minat baca buku mungkin tidak begitu menggebu. Namun, faktanya, sejak dibuka, pengunjung perpustakaan yang rata-rata warga desa mencapai 40-50 orang setiap harinya.
Melihat semangat masyarakat dan pemuda yang tinggi pada bidang literasi, Heri dan Sigit semakin bersemangat hingga membuat berbagai program literasi dan sastra. Diantaranya seperti bedah buku, diskusi sastra, hingga pertunjukan teater dan kemah sastra.