Melesarikan kesenian tradisional Angklung Gubrag

Melesarikan kesenian tradisional Angklung Gubrag
Sumber :
  • u-report

Olret – Melesarikan kesenian tradisional Angklung Gubrag. Angklung Gubrag merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, dimana bentuk alat musik ini mirip dengan angklung pada umumnya namun agak sedikit berbeda.

Alat Musik tradisional Pantun Bambu

Alat musik Angklung Gubrag ini menjadi sebuah kesenian yang lekat hubungannya dengan kebudayaan Sunda. 

Kesenian yang sudah ada mulai dari zaman kasepuhan ini menjadi sebuah bentuk seni dari pola kehidupan masyarakat Sunda yang agraris. Pada zaman dahulu, ketika ingin menanam serta memanen padi, masyarakat Sunda akan menggunakan angklung gubrag sebagai iring-iringannya.

Harga Emas Hari Ini Ambruk Tembus Rp. 40.000 per Gram

Masyarakat Sunda percaya bahwa hal-hal yang berkaitan dengan perladangan dianggap suatu hal yang sangat sakral. Karena sakral inilah, maka setiap masyarakat yang akan melakukan penanaman dan juga pemanenan padi haruslah dilalui dengan sebuah ritual budaya. 

Sejak zaman dahulu kala, orang Sunda menentukan hari tanam dengan menggunakan ilmu perbintangan, ketika bintangnya sudah terlihat, maka besoknya masyarakat dapat mulai nandur atau menanam.

Jadwal Liga Champions Eropa Jelang Pilkada Serentak di Indonesia November 2024

Jika bintang terlihat pada hari Minggu, maka ketika penanaman diharuskan menghadap ke arah selatan, karena hal ini mengacu pada hitung-hitungannya, dimana setiap hari itu memiliki hitung-hitungan yang cukup berbeda pula.

Pada saat nandur inilah, masyarakat akan menggunakan angklung gubrag sebagai alat tradisional untuk iring-iringannya.

Menggunakan alat musik angklung gubrag untuk dijadikan iring-iringan pada saat nandur bukanlah tanpa alasan. Masyarakat Sunda telah mempercayai bahwa suara rampak yang dihasilkan dari alat musik angklung gubrag dipercaya bisa menggetarkan tumbuh-tumbuhan, sehingga padi dapat cepat tumbuh. 

“Pernah datang dahulu seorang peneliti dari Jepang untuk melakukan penelitian ke sini, ternyata hal ini memang benar, seharusnya tanaman padi diberikan bunyi-bunyian serta juga diperlakukan layaknya sesama makhluk hidup agar mereka cepat tumbuh ditengah-tengah kita.

Jepang memang dikenal telah maju, namun mereka tidak meninggalkan akar serta tradisi yang berkembang dimasyarakat, tidak seperti halnya kita,” ucap salah seorang masyarakat penggiat budaya.

Pada dasarnya Angklung Gubrag ini dibuat dari bambu hitam, karena selain juga sering ditemukan di sekitaran Jawa Barat, bambu hitam ini juga bisa menghasilkan suara yang lebih nyaring dibandingkann jenis bambu yang lainnya.

Pada bagian atas angklung gubrag ini akan dihiasi dengan kembang wiru, yang nantinya akan bergoyang apabila angklung dimainkan. Berbeda halnya dengan angklung pada umumnya, angklung gubrag tidak memiliki tangga nada.

Namun meski demikian, angklung jenis ini memiliki 6 (enam) bilah angklung yang masing-masing diberi nama, diantaranya adalah bibit, anak bibit, engklok 1, engklok 2, gonjing, serta yang terakhir panembal.

Mengikuti perkembangan zaman sekarang, angklung gubrag kini tidak hanya dimainkan pada saat tanam atau panen saja, namun juga dimainkan ketika didalam suatu acara, seperti penyambutan tamu, pernikahan adat, dan juga di berbagai ritual dalam seren taun.