Viral! Ibu di AS Ngamuk Gara-gara Guru Pasang Bendera Pelangi

Ilustrasi simbol pelangi
Sumber :
  • https://www.pexels.com/@ShvetsA

Orlet - Mengutip dari wikipedia istilah LGBT digunakan semenjak tahun 1990-an untuk menggantikan frasa komunitas gay. LGBT sendiri merupakan akronim dari lesbian, gay, biseksual dan transgender.

Masyarakat Bekasi Istimewa Deklarasi Dedi Mulyadi - Erwan Setiawan Dalam Pilkada Serentak 2024

Pernyimpangan orientasi seksual tersebut dari tahun ke tahun semakin marak dikampanyekan. Hal ini tentu membuat para kelompok masyarakat yang tidak mendukung LGBT kian resah.

Baru-baru ini beredar sebuah video yang kami lansir dari akun TikTok @theavshowdaily yang memperlihatkan seorang wanita mengamuk di dalam ruangan kelas akibat ulah seorang guru sejarah membentangkan bendera pelangi saat mengajar.

Arsenal Masih Mengincar Haaland

Dengan menahan amarah seorang ibu tersebut kemudian menarik bendera yang merupakan simbol komunitas LGBT. Perdebatan sengit pun terjadi antara mereka berdua.

"Apa yang kamu lakukan," ucap si guru sejarah.

Narman: Jembatan Dunia dengan Suku Baduy Melalui Craft

"Saya datang," jawab si ibu sembari mencopot bendera pelangi.

"Hentikan itu. Berani-beraninya kamu," kata si guru.

"Saya tak membayar pajak saya untuk mendukung ini," sahut si ibu.

"Keluar dari kelas ini sekarang," timpal si guru tak mau mengalah.

"Kenapa kamu menggantungnya?"

"Ini adalah bagian dari para murid di sini," dalih si guru.

"Bukan, ini bukan bagian dari apapun. Kami membayar kamu untuk mengajar sejarah dan itu yang kamu butuhkan untuk mengajar," ujar si ibu tersebut.

"Ini adalah sekolah umum, wanita kecil. Keluar," perintah si guru seraya hendak merebut kembali bendera pelangi itu.

"Tidak. Ini harus berakhir di tempat ia seharusnya, di tempat sampah."

"Tidak, kamu yang harus ke tempat sampah! Keluar," ujar sang guru.

"Saya mengajarkan anak saya menjadi seorang laki-laki dan saya tak mau kamu menggantung bendera itu," tutur si ibu.

"Keluar. Saya akan panggil satpam."

"Menggantung bendera dan mengajarkan mereka hal yang saya coba jauhkan dari mereka. Kamu seharusnya mengajarkan sejarah," kata si ibu.

Guru itupun menyuruh si wanita diam dan segera keluar dari kelas. Namun, perempuan tersebut tetap kekeuh.

"Tidak, kamu seharusnya mengajar sejarah. Tidak, saya tidak akan pergi dari sini. Kamu jangan suruh anak saya untuk bicara dengan saya."

"Anak kamu akan gagal."

"Anak saya tidak akan gagal. Dia akan gagal karena kamu menutupi peta Amerika dengan bendera itu," sahut si ibu.

"Dia akan gagal karena ibunya," sang guru pun tetap pada pendiriannya.

Rekaman yang diduga terjadi di wilayah Kansas City tersebut menjadi viral di media sosial dan jelas menjadi sorotan publik. Banyak netizen yang kemudian melayangkan komentar pedas akibat tindakan guru sejarah tersebut yang mengkampanyekan LGBT di lingkungan sekolah.

Sebagaimana kita ketahui, pandangan masyarakat dunia tentang LGBT sangat beragam. Beberapa mendukung, sebagian menolak keras, lainnya tidak mendukung tapi juga tidak begitu mempedulikan fenomena yang sedang terjadi.

Bagi mereka yang khawatir akan dampak buruk dari perilaku menyimpang tersebut tentu sebisa mungkin berupaya menjaga keluarga mereka dari perbuatan yang dianggap tak sepantasnya untuk dilakukan.

Dari sisi kesehatan pun kaum LGBT rentan terkena penyakit menular seksual serta terserang masalah kesehatan lain seperti depresi. Isu orientasi seksual kaum LGBT turut menjadi perbincangan hangat di Indonesia. MUI sendiri tegas menilai LGBT sangat merugikan kehidupan manusia.

Perlakuan diskriminatif yang diterima para kaum LGBT berkaitan dengan pola pikir masyarakat yang menentang dan menganggap bahwa perbuatan tersebut merupakan hal yang tabu.

Dari sisi kemanusiaan pelaku LGBT tetaplah manusia yang perlu untuk dihargai keberadaannya. Mereka perlu dirangkul dengan harapan dapat mengembalikan mereka pada kodrat aslinya.

Walau bagaimanapun tentu semua orang tua tidak ingin anak-anak mereka tumbuh dengan melihat perilaku menyimpang bahkan salah melangkah yang bisa merusak masa depan mereka.