Kreasi Masakan Vs Menjaga Resep Tradisional Sebagai Warisan Menu Kuliner Indonesia

Gulai Ayam Khas Aceh
Sumber :
  • Instagram

Olret –Beberapa waktu lalu viral Siska Kohl yang memasak gulai yang dengan daging utama lobster, semakin terasa aneh ketika dicampur dengan matcha dan keju. Masalahnya, kreasi masakan tersebut kemudian disemprot oleh pakar Kuliner Indonesia, Sisca Soewitomo. 

Selain itu, pernah juga viral daging babi yang dibuat rendang dan mendapatkan sindiran negatif dari warganet Indonesia, hingga usahanya tutup.

Siska Kohl maupun pembuat rendang babi dianggap mempermainkan masakan dan tidak menjaga keotentikan menu kuliner asli Indonesia dengan kreasi masakannya yang dianggap nyeleneh. Nah hal ini memunculkan pertanyaan, seberapa pentingkah resep tradisional harus dijaga?

Resep Tradisional Indonesia Sebagai Warisan Menu Kuliner Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan warisan cita rasa yang kaya. Setiap daerah memiliki ragam kulinernya sendiri, yang melekat dengan ekosistem kebudayaan lokal dan bahkan memiliki nilai atau makna khusus bagi masyarakatnya. Sejak dahulu, kuliner di Indonesia bukan sekadar makanan, tapi adalah ekspresi kehidupan itu sendiri.

Bahkan kuliner sebagai warisan merujuk pada makanan dan minuman tersebut juga mewakili sejarah, tradisi, dan budaya dari suatu daerah atau komunitas. Hidangan ini sering kali diwariskan dari generasi ke generasi dan memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi. Sehingga perlu untuk dikenal, dilestarikan dan dikembangkan supaya budaya yang tidak ternilai harganya tidak hilang lenyap karena masuknya budaya asing.

Nah salah satu cara mewariskannya adalah dengan kegiatan masak memasak di dalam lingkup keluarga. Seorang Ibu akan mengajarkan anaknya memasak rendang, nasi liwet, rawon, pempek maupun gudeg. Dan anak akan menerima dan menyimpan pengetahuan itu dalam pikirannya.

Kreasi Masakan Bisa Menghilangkan Cita Rasa Otentik Dalam Menu Tradisional 

Seperti kenapa rendang dengan daging babi dipermasalahkan? karena dianggap menghina masyarakat dan budaya Minangkabau yang identik dengan agama Islam.

Sehingga masyarakat sampai mendorong supaya pemilik usaha menutup usahanya, meski sudah dilabeli tidak halal sekalipun. 

Warganet lain sempat memberikan nasehat untuk jangan menggunakan istilah rendang, karena rendang termasuk kuliner khas masyarakat Minang yang pasti menggunakan makanan halal ke dalam menu masakannya. 

Hal itu juga kembali dipermasalahkan ketika Siska Kohl mengaku membuat gulai tapi tidak menggunakan resep tradisional gulai. Hal ini mendapatkan sorotan dari pakar kuliner Indonesia Siska Soewitomo. Jika seharusnya yang namanya gulai juga harus dimasak dengan menu gulai dan menggunakan daging ayam sebagaimana seharusnya. Sehingga rasa masakan tetap sesuai cita rasa gulai yang dimiliki oleh Indonesia. 

Dilansir dari laman validnews, Persoalan terputusnya pewarisan resep tradisional bisa bersumber pada dua hal. Pertama karena perkembangan modern, globalisasi dan urbanisasi telah mengubah banyak hal dalam budaya kuliner. Persoalan lainnya yaitu minimnya keinginan dari anak atau generasi penerus untuk mempelajari pengetahuan kuliner dari sang ibu atau neneknya. Dengan begitu, satu akan berakhir hanya pada generasi ibunya.

“Pergeseran standar dan hilangnya resep dan budaya makanan asli tidak hanya akan memperburuk kemampuan bertahan hidup masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya lokal mereka, tetapi juga memunculkan ketergantungan pada produk eksternal yang terkait erat dengan isu perubahan iklim,” Hilmar dalam keterangannya, Senin (15/11) dikutip dari laman Valid News.

Sehingga bisa dikatakan Kreasi Makanan yang keluar dari resep asli bisa saja menjadi memutuskan pewarisan resep tradisional tersebut

Kreasi Masakan Boleh Saja Dilakukan Tapi Hati-Hati Dengan Pemberian Nama Kuliner Khas indonesia 

Rendang pasti menggunakan daging halal, gulai jelas tidak ada resep matcha dan keju di dalamnya. 

Kreasi masakan boleh saja dilakukan, bahkan bisa menciptakan berbagai menu baru yang unik dan menarik. Selain itu juga punya daya jual yang tinggi. 

Namun lebih baik perhatikan penggunaan nama Rendang dan Gulai tersebut. Jika kreasi, lebih baik juga mengkreasikan nama masakan agar tidak menimbulkan kontroversi. 

Karena sebagai pewaris budaya dan kuliner, generasi Indonesia harus menjaga dan menyelamatkan resep tradisional. Caranya dengan tetap menjaga resep turun temurun dan melestarikannya. 

"Oleh karena itu, kami percaya, tindakan sederhana menyelamatkan resep asli seperti mencatat masakan nenek atau ibu kita adalah tindakan pelestarian budaya yang mungkin berdampak pada budaya kuliner dan ketahanan pangan masyarakat setempat, dan dalam perspektif yang lebih global, untuk skala nasional," jelas Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dikutip dari laman Valid News