Kisah Nyata (Part 4): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Kami pun memulai kembali pendakian ini. Kali ini jalurnya sedikit berbeda kami tidak lagi melewati hutan belantara, dengan pohon-pohon besar menjulang tinggi dan akar-akar yang saling berkait di ujungnya. Jalur yang kami lewati sekarang sedikit menurun, landai namun tidak lama menanjak kembali.

Tidak ada yang aneh dalam perjalanan kami pagi ini, cuaca cerah, matahari bersinar dengan indahnya menembus celah-celah daun yang kini sudah tidak terlalu rapat. Ya, sepertinya kami telah lepas dari hutan rimba, kini jalur yang kami lewati sudah terlihat normal seperti jalur pendakian pada umumnya.

Pendakian dari Pos 3 ke Pos 4 berjalan lancar, begitu pun sampai Pos 5. Sesekali kami menjumpai kelompok pendaki lain, tidak banyak memang.

Pendakian dari Pos 3 ke Pos 4 berjalan lancar, begitu pun sampai Pos 5. Sesekali kami menjumpai kelompok pendaki lain, tidak banyak memang, tidak sesering seperti pendakian-pendakian kami sebelumnya, yang setiap saat pasti saja berpapasan dengan pendaki lain, bahkan bisa juga sampai terjadi kemacetan.

Entah kenapa, kami baru bertemu dengan mereka selepas dari Pos tiga ini, sedangkan dari basecamp sampai Pos tiga tidak ada satupun pendaki lain yang kami temui, kecuali di tempat kami bermalam.

Singkat cerita, ternyata jalur dari Pos tiga sampai atas merupakan titik pertemuan dari beberapa jalur lain. Saya lupa pastinya jalur apa saja itu, yang pasti para pendaki lain itu, berasal dari sana.

Pak Sakri, yang semula dijadwalkan hanya akan menemani kami sampai Pos dua, tentu saja tidak kami ijinkan pulang. Mengingat kejadian-kejadian yang kami alami, kami sudah pasti membutuhkan beliau untuk menemani kami kembali sampai kami turun dari gunung ini.