Part 3 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai
- Viva/Idris Hasibuan
"Kalo lu terpaksa sendiri, jalan mana yang lu pilih? " Tanya orang itu padaku.
"Kiri." Jawabku dengan cepat.
"Lu mati " Kata orang itu, "jalan sebelah kiri ini ngga pernah ada. Dibalik semak-semak ini cuma jurang. Kuburan buat banyak pendaki. "
Aku terkesiap ketika menyadari kami tidak berhenti dipersimpangan. Jalur sebelah kiri yang tadi kulihat, sekarang berubah menjadi semak belukar.
Kami meneruskan jalan. Semakin keatas, penampakan semakin menjadi. Mereka juga semakin berani. Sebuah bayangan hitam menabrak ku dan lewat begitu saja, dan meninggalkan bau amis darah. Bayangan lain meloncat-loncat dari pohon ke pohon. Nafas-nafas berat, kadang menggeram sering kali terdengar. Suara cekikikan, tangisan, suara-suara bayi dan ringkik kuda.
Bau-bauan muncul dan hilang silih berganti. Bau busuk bangkai tercium dari bawah pohon tumbang, digantikan harum melati. Sesekali bau anyir darah menyergap. Orang itu tiba-tiba berhenti mendadak dan memberikanku aba-aba untuk diam. Semua bau-bauan itu hilang mendadak, digantikan bau yang asing. Aku mencoba mengingat-ingat pernah mencium bau ini entah dimana. Bulu kudukku langsung meremang saat kesadaran menyergapku.
Ini bau pandan... ...... kalong wewe........
Untuk selanjutnya bisa baca di Part 4 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai
Artikel ini merupakan status dari Xaverius Endro di laman facebooknya. Silahkan di ambil himkah dari perjalanan mendaki gunung ciremai.