Menilik soal Laki-laki Gondrong yang Dilabeli Preman di Kampung Saya
- Pixabay
Sebenarnya, bagi saya anggapan seperti itu tidak apa-apa juga sih, karena nasihatnya itu juga yang terbaik menurut versi dan pengetahuannya. Pada dasarnya, mereka menginginkan agar saya untuk berpenampilan menarik dan bersih, seperti penampilan para anak kantoran dan yang ada di film-film. Karena pada faktanya, film sinetron sering menampilkan penokohan jahat kepada mereka yang berambut gondrong dan bertato. Apalagi di kampung saya, masyarakatnya termasuk pecinta sinetron dan tidak sedikit juga sudah menjadi korban film sinetron.
Bukan berarti saya tidak cinta pada kampung saya atau ingin mencari-cari kekurangan dari kampung saya itu. Justru karena saking sayangnya saya sehingga kita perlu untuk membuka wawasan secara objektif, kita sebagai manusia tentu tidak boleh menjustifikasi seseorang yang berbeda dengan kelompok kita. Baik itu persoalan suku, agama, penampilan dan golongan.
Walaupun, saya sadari betul kalau di kampung saya masih terikat kuat dengan kultur, budaya, agama dan keluarga dalam satu ikatan dari nenek moyang yang sama. Semacam tidak ada orang lain yang tinggal di kampung saya, dan kalaupun ada tentu mereka harus dapat mengikuti kultur yang sudah tertanam lama itu. Begitu pun dengan penampilan orang gondrong, faktanya bahwa di kampung saya tidak ada orang-orangnya yang gondrong. Maka wajar saja, jika ada yang berambut gondrong akan dilabeli pada dirinya sebagai tindakan penuh kriminalitas termasuk saya juga merasakannya.
Sebenarnya maksud tulisan saya ini, kenapa di daerah lain ketika ada yang berambut gondrong itu sikapnya biasa-biasa saja. Justru sebaliknya, ketika ada berambut gondrong maka pujian sebagai orang hebat pun ia dapatkan, dan itu sangat di dukung jika statusnya sebagai seorang mahasiswa. Sementara di kampung saya, baik itu mahasiswa apalagi kalau bukan mahasiswa, maka akan menjadi bahan perbincangan hangat.