Ada yang Diam-Diam Memperhatikanmu, Katanya Dia Malu Ingin Menyapa

Drama Phuwin Tangsakyuen
Sumber :
  • Instagram

Olret – Jalanan itu terlihat sepi. Perlahan langkah kaki berjalan mencari keramaian seakan sesak dari ketidakpastian yang selalu mendampingi rindu tatkala sendiri. Ada yang memperhatikanmu ternyata.

Tapi cuma diam diam saja. Mungkin dia malu ingin menyapa. Wajar saja, baginya kamu terlalu istimewa. Dia tak mampu mengimbanginya.

Namun dia berkata begini, Ingin sekali bertanya perihal dirinya, tapi sebentar lagi rasa itu juga lenyap. Karena dia tahu rasanya terluka akibat kecewa.

Akhirnya dia sadar, bahwa diam diam melihatmu dari kejauhan, Atau mungkin diam diam tersenyum menatap ponsel layar sentuhnya yang ternyata sedang melihat aktivitasmu di sosial media.

Dia berharap kamu baik baik saja. Udah cukup baginya. Sederhana saja tidak riuh dan blak blakan mengontrol suasana hatinya yang sedang kagum. Teruslah diam diam, sampai akhirnya terluka pun diam diam saja tanpa ada pemberitaan di lini masa.

Tenang Saja, Dia Sedang Menujumu Kok.

Aku terkadang bertanya di dalam hati, dia yang sedang berjalan menujumu, namun kenapa rasa khawatir menyelimuti? Doakan dia yang kini berusaha menggenapkanmu. Perjalanannya terlihat penuh kerikil dan duri tajam. Aku yakin, jika dia mampu melewati itu pasti separuh agamamu adalah yang terbaik atas pilihan-Nya.

Kamu kenapa masih risau? Takut dia tidak mengetuk pintu rumahmu? Ragu dia berjalan menujumu atau berbelok ke tujuan yang lain? Begitu aja takut. Jangan sampai terjebak dalam kubangan masa lalu yang penuh sampah.

Lihatlah betapa indahnya kuasa Allah, semua diciptakan berpasang-pasangan. Pagi dan malam tidak pernah terlihat khawatir. Panas dan dingin tampak serasi dalam musim penantian. Tawa dan sedih selalu hadir bersamaan. Mereka semua variabel yang tidak terpisahkan.

Apakah mereka khawatir tidak akan saling melengkapi?Tidak. Mereka yakin. Yakin akan bersama. Dan sampai kapanpun tetap beriringan. Kamu? Khawatir dia yang kamu doakan tidak menjemputmu? Dirimu sungguh mengkhawatirkan. Bersabarlah. Dia sedang menujumu.

Sumber artikel : instagram.com/@budysatria

****

Biarkan Aku Mencintaimu dengan Caraku Sendiri, Dengan Memohon Kepada Sang Pemilik Hatimu

Banyak cara mengungkapkan perasaan kepada orang yang kita cinta dan sayangi. Ada yang mengungkapkan secara lansgung, memuji melalui lagu dan puisi dan tak jarang pula menjalin hubungan dengan cara pacaran.

Biarkanlah itu menjadi pilihan pribadi masing-masing. Bila kebanyakan orang menjalin cinta dengan cara pacaran, namun aku memilih jalan berbeda untuk kali ini.

Bukannya munafik, diri ini juga pernah menjalin cinta dengan cara pacaran. Tapi kini aku mulai berubah setelah memulai mengikuti beebagai kajian, perlahan tapi pasti ilmu yang kudapatkan pun mulai kuterapkan. Dahulu memegang tangan pasangan hal yang biasa, jangan kan hanya memegang berbuat lebih dari itu juga sudah tak asing lagi.

Bukan hanya aku saja, bahkan teman-temanku dahulu juga melakukan hal yang sama, bahkan mereka lebih "sadis" lagi. Ada yang bilang demi pembuktian cinta dan ada memang karena candu. Ya katanya, "cinta" itu bisa membuat candu dan merendahkan harga diri sendiri. Tapi bukankah setiap orang mempunyai kesempatan untuk berubah?

Kini biarkan aku mencintaimu dengan caraku sendiri, dengan memohon kepada sang pemilik hatimu.

Mungkin sangat aneh bagimu, begitu juga denganku. Awalnya memang berat, mengubah ruang lingkup pertemanan sampai dengan memulai hidup baru lagi, tapi inilah yang disebut perjalanan hidup. Bukankah kita ingin hidup menjadi lebih baik lagi.

Biarkan diri ini mencintaimu dengan cara yang tak sama, mencintai lewat dekapan doa dan dalam dia. Jujur kuakui, sebenarnya aku ingin bersamamu namun tak ingin mendekatimu.

Ketahuilah bahwa rasa takutku kepada Allah jauh lebih besar daripada rasa ingin memilikimu untuk saat ini. Sebab mendekatimu layaknya menggenggam mawar, harum dicium, elok dipandang namun menyakitkan bila digenggam.

Bila semua usaha yang kulakukan telah maksimal, semua kebutuhan pernikahan dan pasca pernikahan telah ada. Percayalah saat ini aku sedang berusaha sekuat tenaga untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Meski sebenarnya aku tahu betul, bahwa menikah itu sebenarnya murah dan mudah bila tak ada gengsi dan tradisi. Tapi aku juga tak ingin menikah hanya bermodalkan nekat dan cinta semata.

Aku hanya ingin menikah dengan cara sederhana dan bahagia bersama juga. Tak perlu mewah tapi tak membuat malu juga. Karena bagiku pernikahan adalah moment sakral yang tak perlu bermewah-mewahan dan tentu hanya ingin berharap menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah.