Ulasan Novel ‘Perahu Kertas’, Kisah Manis Antara Pendongeng dan Pelukis

Perahu Kertas
Sumber :
  • Gramedia.com

Olret – Novel Perahu kertas merupakan novel karya Dee Lestari yang ke-6. Novel ini bercerita tentang Kugy (gadis dengan jalan pikiran aneh yang berpenampilan acak-acakan dan bercita-cita jadi juru dongeng) dan Keenan (pelukis muda penuh bakat yang teratur, rapi dan dingin). Bermula dari Kugy yang dengan radarnya bisa menemukan Keenan di stasiun kereta api, keduanya lama-lama akrab dan menyimpan perasaan satu sama lain.


Namun, perjalanan cinta mereka cukup rumit. Sebab Kugy sempat menjalin hubungan dengan Remi (bos di kantor tempatnya bekerja) serta Keenan yang menjalin hubungan dengan Luhde (keponakan Paman Wayan, tokoh yang mendukung impian Keenan menjadi pelukis). Meski demikian, seperti lirik lagu di OST filmnya yang berbunyi, "Dan ku bisa dengan radarku ... menemukanmu" keduanya dapat bersatu kembali. Novel terbitan tahun 2009 ini juga telah diangkat ke layar lebar pada tahun 2012. Namun, kalau kamu penasaran ingin menonton film-nya, kamu bisa menyaksikannya melalui salah satu platform OTT, Netflix.

Konflik seputar keluarga dan persahabatan turut menambah bumbu keseruan dari novel terbitan Bentang Pustaka ini. Ceritanya yang dibagi menjadi lapisan demi lapisan yang sangat rapi membuat novel ini begitu mengalir saat dibaca. Sehingga, meski terkesan tebal, kita tetap dapat menikmati buku ini dan tanpa sadar sudah tiba di halaman akhir.

Tak sekadar percintaan, novel ini juga sarat akan pelajaran hidup seperti berdamai dengan masa lalu, cara tepat mengambil keputusan, gigih dalam memperjuangkan mimpi, komunikasi dengan orang tua serta jujur terhadap perasaan sendiri. Novel ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi saya pribadi. Karakter-karakter yang diciptakan oleh Dee Lestari terasa hidup sehingga sangat memorable.

 

Selain alurnya yang menarik, banyak kutipan menarik dari novel ini. Bagian favorit saya yakni, “Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia akan tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan,” serta “Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri.”

Secara keseluruhan, novel ini amat layak dipertimbangan untuk masuk ke daftar koleksi bacaan kita.