Dilema Peluang dan Tantangan Generasi Z
- https://images.app.goo.gl/dsZHM963AvbPRFxs7
Olret –Generasi Z mungkin sering kali kita mendengar kata tersebut di telinga kita atau sudah tak lagi asing mendengar kata tersebut. Selain itu, Gen Z merupakan sebutan untuk generasi yang lahir tahun 1995 sampai 2010, saat ini mendominasi komposisi penduduk di Indonesia.
Tokoh Sosiolog Mannheim mengenalkan teorinya tentang generasi. Menurutnya, manusia di dunia ini akan saling memengaruhi dan membentuk karakter yang sama karena melewati masa sosio-sejarah yang sama.
Para sosiolog Amerika Serikat membagi manusia menjadi beberapa generasi : Generasi Era Depresi, Generasi Perang Dunia II, Generasi Pasca-PD II, Generasi Baby Boomer I, Generasi Baby Boomer II, Generasi X, Generasi Y alias Milenial, lalu Generasi Z.
Pembagian ini biasanya berdasarkan rentang tahun kelahiran. Namun, rentang tahun berbeda-beda menurut sejumlah pakar, tapi tidak terlalu jauh.
Semakin memasuki transformasi digital maka akan semakin kompleks. Oleh karenanya menjadi sumber utama pertumbuhan pengguna media sosial di Indonesia, mungkin selama lima tahun ke depan akan terus mendominasi.
Meskipun ada beberapa kesamaan dengan generasi milenial, generasi ini telah lama berkecimpung di media sosial dan telah membuat aturannya sendiri untuk menavigasinya. Mereka sadar diri, cepat beradaptasi, dan siap untuk melawan standar yang ditetapkan oleh para pendahulu mereka.
Dalam era globalisasi saat ini, Society 5.0 adalah kelanjutan dari konsep "Society 4.0", yang dikenal sebagai Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 mengacu pada penggunaan teknologi digital dan otomatisasi dalam industri dan manufaktur, namun Society 5.0 mengambil langkah lebih jauh dengan mengintegrasikan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari masyarakat secara menyeluruh.
Society 5.0 berfokus pada kemanusiaan dan mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan kita dengan cara yang lebih cerdas, manusiawi, dan berkelanjutan. Konsep ini memiliki beberapa karakteristik utama, seperti:
1. Kecerdasan buatan: Society 5.0 menggunakan kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan.
2. Smart city: Society 5.0 menekankan pada konsep "smart city".
3. Kesejahteraan: Society 5.0 memungkinkan manusia mendapatkan kesejahteraan yang lebih terjamin, dengan penghasilan SDM di bidang teknologi yang bisa sangat tinggi.
Society 5.0 juga mengharapkan bahwa perusahaan akan lebih peduli terhadap lingkungan, dengan menggunakan teknologi energi hijau dan proses produksi yang lebih efisien dan bertanggung jawab.
Generasi Z dewasa cenderung lebih memperhatikan iklan media sosial daripada iklan TV, cetak, atau iklan digital lainnya. Pengguna jejaring sosial media ketika bingung atau ingin mendapatkan informasi secara cepat, tentunya cenderung memulai pencarian produk mereka baik di TikTok, Instagram, YouTube dan platform digital lainnya.
Dengan seiring berjalannya waktu Gen Z harus melek digital sebab untuk mengikuti perubahan zaman, yang sehingga mau tidak mau harus melewati dan menjalaninya. Tetapi kita jangan khawatir dan jangan jadikan itu sebagai sebuah beban. Jadikan itu sebagai tantangan tersendiri untuk memantapkan progres langkah kita menuju ke arah yang lebih baik untuk kedepannya.
Mari kita mulai dari persaingan di dunia kerja. Jika dulu manusia hanya bersaing dengan sesama manusia untuk mendapatkan pekerjaan, sekarang kompetisi itu sudah merambah ke ranah teknologi.
Otomasi dan kecerdasan buatan (AI) semakin menggantikan peran manusia dalam banyak pekerjaan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin dan administratif. Ini adalah fenomena yang tak terelakkan, dan Generasi Z berada di garis depan menghadapi kenyataan ini.
Tidak semua pekerjaan bisa digantikan oleh mesin, tentu saja. Tapi Gen Z harus memiliki keterampilan yang berbeda dan lebih kompleks untuk bisa bertahan dan berkembang di era ini.
Mereka dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi, menguasai teknologi, dan mampu bekerja secara kreatif. Tantangan ini tidak kecil. Dalam banyak kasus, tekanan untuk selalu menjadi yang terbaik dan untuk terus meningkatkan keterampilan mereka bisa menjadi sumber stres yang signifikan.