Sejujurnya Aku Mencintaimu, Hanya Saja Aku Lebih Memilih Merayu Penciptamu
- pexels.com/@tung-vu
Alhasil, kau berkata bahwa semua ini tidak mungkin. Tapi, di saat aku ingin mundur, di saat aku ingin menyudahi semuanya dan berpikir bahwa apa yang sudah kulakukan ini adalah suatu kesalahan.
Kau maju untuk menggenggam tanganku dan berkata bahwa kau memiliki rasa yang sama. Rasa yang entah kapan mulai hadir dan tumbuh. Kita memutuskan untuk kembali menjalin ikatan dalam sebuah istilah yang dinamakan pacaran.
Seiring waktu berlalu semua tampak indah, masalah pun jarang kita temui dalam hubungan ini. Rasa bahagia terus menghampiri. Aku bisa menjadi aku saat bersamamu. Namun , entah mengapa, kau mulai berubah, sudah mulai jarang menghubungiku, sudah jarang memberi kabar padaku, sudah jarang sekali bertemu hanya untuk sekadar bertegur sapa.
Semua di luar ekspektasiku. Bibirmu berucap bahwa hatimu masih untuknya. Ya, dia yang lebih dulu mengisi hatimu ketimbang aku.
Lantas, apa yang sudah kita lakukan selama 6 bulan ini? Ini yang kau namakan cinta? Jika memang cinta harus sesakit ini, aku menerima semuanya karena aku tahu cinta tak hanya perihal kebahagiaan.
Bagiku, di dalam cinta, perbedaan kesedihan dan kebahagiaan hanya setipis kulit ari. Terima kasih untuk kisah yang sudah kau toreh selama 6 bulan ini. Semoga kau bahagia dengan dia yang sudah lebih dulu menetap di hatimu.