Kita yang Selalu Selisih Paham, Tapi Diam-Diam Mengagumi

Kenyamanan
Sumber :
  • shutterstock

Kita yang selalu menjadi mungkin untuk terus menjalin cerita. Kita yang masih percaya jika (mungkin) setiap kita menjadi doa. Tersering kali, kita yang terlalu melangit dalam melambungkan nama, membisikkan pada semesta yang telah diam dan membisu dengan jeda.  Menjedalah sejenak dari sebuah kebetulan yang pernah terjadi. Menjedalah dalam heningnya hidup, jika kamu tak akan pernah menyatu.

Kita terlalu yakin jika kemungkinan-kemungkinan yang kita harapkan benar-benar tersedia dan diperuntukkan untuk setiap jiwa. Nyatanya, kita terlalu ambisius dan materialistis pada setiap kata yang terucap dan bibir yang selalu mengigil pada tahun-tahun yang berlalu. Keberadaan kita bukan lagi sama. Kemungkinan yang telah kita inginkan tidak benar-benar terjadi.

Kita mungkin bersama, ternyata inginkan berpisah. Kita mungkin merapatkan impian, nyatanya inginkan berjalan sendirian. Kita mungkin sejalan, namun malah ingin terdiam. Ya, tidak ada lagi kan? Kata-kata yang perlu kita bicarakan? Tidak ada lagi cerita yang belum terselesaikan? Tidak ada lagi komentar, atau mungkin saran dari segala pengalaman yang pernah kita bicarakan.

Silakan memilih jalan yang telah tersedia. Ada banyak pintu yang akan terbuka lebar dari kemungkinan (yang masih bersemayam) dan mengotak-atik pikiranmu di sana. Aku biarkan sendirian. Merapal lagi temu dan jalan keterpisahan yang telah terjadi ini. Agar aku semakin tahu (kemungkinan) seperti apa yang terjadi setelah perpisahan kita ini.

Sumber gambar di artikel ini menggunakan fotografi freddy dengan alamat instagram @freedayphoto