Pahamilah, Menikah Tidak Sesederhana Membalikkan Telapak Tangan
Olret – Memenuhi panggilan adzan meskipun ngantuk dan mager banget. Jangan ngegosipin dosen meskipun beliau sangat tidak bersahabat. Bersikap sopan ke cleaning service, setidaknya bilang permisi kalau mau lewat pas beliaunya lagi ngepel.
Bangun pagi, atur waktu, tahan sedikit keinginan nonton atau jalan-jalan kalau tugas kampus belum beres. Luangkan (bukan sisakan) waktu untuk Al-Quran dan belajar agama di tengah kesibukan. Kepo dan peduli tentang isu dan perkembangan ummat.
Senyum nggak peduli orang itu menyebalkan atau tidak. Betapa, menjadi mahasiswa yang oke adalah latihan yang cocok untuk menyiapkan pernikahan. Menikah memang tidak sederhana, karena menikah juga soal membentuk generasi tapi menikah bisa jadi sederhana, bagi mereka yang siap imannya.
Pahamilah, Menikah Tidak Sesederhana Itu. Jadi Harus Latihan.
Dalam usia ini bicara menikah bukan hal tabu, bahkan perlu diperbincangkan dalam porsi tertentu. Berkali hadir sebagai tamu di pernikahan teman satu sekolah, wajar kalau mupeng. Maka yang masih sendiri jangan hanya menunggu, karena menikah bukan hal sederhana yang persiapannya cukup dengan menunggu.
Mereka yang sudah menikah akan berjuang mendidik generasi. Kita yang belum juga berjuang mempersiapkan diri sebagai calon pendidik generasi. Menikah memang tidak harus menunggu siap, karena persiapannya memang tidak akan pernah selesai. Kalau sudah datang, siap tidak siap, maka jalan.
Karena fokus utama bukan sudah siap atau belum, tapi sudah mempersiapkan atau belum. Nah, sudah ada persiapan apa nih untuk menikah?
Kata Ummi, Menikah Itu Tidak Sesederhana Aku dan Kamu Menjadi Kita.
Kata Ummi, Menikah Itu Tidak Sesederhana Aku dan Kamu Menjadi Kita. Bukan juga soal nanti ada yang ngebonceng dan antar jemput. Dan bukan pula soal menghilangkan rasa kesepian dan membagi beban. Karena kamu juga sangat ingin membagi beban yang lainnya.
Menikah juga bukan sekedar membuat foto berdua menjadi paling hits dan romantis dengan muka dibuat sok manis. Atau merasa sangat senang sekali karena sudah memiliki imam pribadi. Bukan, bukan hanya itu saja.
Menikah Itu Juga Tentang Bagaimana Ibumu dan Ayahmu Bangga Menjadikanku Sebagai Menantu.
Menikah juga tentang bagaimana ibumu kelak bisa menjadikanku sebagai asisten pribadinya. Dan juga bagaimana nanti Ayahmu bisa dengan bangga memperkenalkanku di hadapan rekan-rekannya.
Bagaimana aku bisa menjadi sahabat untuk saudara-saudaramu. Dan bagaimana aku bisa tetap untuk melayani dalam keadaan setelah apa pun itu. Menikah bukan sesederhana itu, bukan?
Setidaknya aku harus tetap belajar untuk menjawab pertanyaan anak-anak kecil yang kelak bertanya tentang wujud Allah. Setidaknya aku harus tahu bagaimana membujuk anak laki-laki untuk tekun belajar sebelum ujian. Setidaknya aku harus bisa mengenalkan mana air suci yang bisa mensucikan.
Jadi teman, menikah memang tidak sederhana. Karena menikah juga soal membentuk generasi masa depan di peradaban. Tapi menikah bisa menjadi sederhana bagi mereka yang mempunyai keimanan karena fokus utama bukan perkara siap atau belum. Tetapi kita sudah mempersiapkan atau belum.