Sosok yang Pernah Kukagumi dengan Keterlaluan

Ilustrasi Pasangan
Sumber :
  • Pixabay

Olret – Bagaimana Jika Hanya

Beberapa jam lagi, kita akan menrmui akhor pekan. Lalu, bagaimana jika, dan hanya jika, kita akhirnya bertemu. Sepertinya, kau telah menamatkan semua ceritaku. Mengetahui semua tulisanku. Memahami apa yang sedang kukisahkan.

Lalu, kau seolah membisikkan sesuatu di telingaku. "Semua ini telah berakhir. Mari tutup semua halaman usang. Hapus semua lara. Lalu ukir hal baru dan buat mereka terpana."

Jika bisa menangis, aku ingin menangis. Namun sayangnya, aku tak pandai untuk itu.

Ternyata, aku tidak membutuhkan ia dan orang itu. Namun, kamu.

Bagaimana jika, dan hanya jika, semua berita yang kudengar itu nyata. A-aku masih tergagap. Bersediakah kau membantuku bicara? Bersediakah kau menuntunku? Aku tidak ingin jatuh dan kalah lagi.

Aku juga ingin paham, sama sepertimu. Jika kau menahan diri, aku pun ingin. Jika kau menjaga kata, aku pun ingin. Jika kau berada di koridor benar, aku juga ingin. Sungguh.

Sosok yang Pernah Kukagumi dengan Keterlaluan

Punggungku kebas. Otot-ototku seolah tertarik. Mataku menuntut untuk terpejam. Dan laptopku nyaris kehabisan daya.

Aku pun menyeret langkah untuk merebah. Meraih gawai dan melihat sekilas. Tidak ada yang menarik tetapi otakku memutar bayangan berulang yang menepis kebas di raga.

Tentang sosok yang pernah kukagumi dengan keterlaluan, saat itu. Dia dan prestasi adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dia dan otaknya yang melangit adalah satu padu yang membuatku menciut. Dia dan mahakarya dari jemari terampilnya adalah bagian yang kerap mengisi mesin pencari, laman koran dan siaran televisi. Bagaimana bisa aku tidak menatapnya dengan terlalu?

Kembali mengingatnya nyatanya membuatku terpaku. Tidak. Jangan salah paham dulu. Aku yang sekarang tidak lagi memandangnya seperti dulu. Aku yang sekarang kini telah membacanya.

Dan dengan letih yang semakin letih karena semakin mengenalnya. Kini aku menatap heran pada mereka yang mengelu-elukannya. Mereka keterlaluan! Ya, mereka tak ubahnya aku kala itu. Benar-benar memuakkan. Mereka hanya tidak tahu. Itu saja.