Narman, Perkenalkan Kerajinan Tangan Suku Baduy Pada Dunia Lewat Baduy Craft

Narman, pelopor Baduy Craft
Sumber :
  • Instagram/ ayahriann

OlretSuku Baduy yang terletak di pedalaman wilayah Banten dikenal masih memegang adat dan tradisi yang kuat. Mereka menutup diri dari masyarakat luar, bahkan di tengah perkembangan zaman modern serta majunya teknologi yang semakin canggih.

Untuk bertahan hidup, Suku Baduy bergantung pada hasil pertanian alam, serta kerajinan tangan khas yang mereka ciptakan, yang kemudian mereka jual pada wisatawan yang datang berkunjung.

Karena keterbatasan akses dan larangan akan penggunaan teknologi yang dianggap melanggar peraturan teguh dari leluhur, masyarakat Suku Baduy kesulitan menjual hasil kerajinan tangan mereka yang sebenarnya memiliki nilai ekonomi dan budaya yang tinggi.

Melihat situasi ini, seorang pemuda bernama Narman, yang berasal dari Baduy Luar, Lebak, Banten, mencoba untuk merangkul teknologi internet dengan belajar secara mandiri, agar ia dapat memasarkan produk-produk kerajinan masyarakat di sekitarnya pada dunia luar.

Perjuangan Narman pun tidak mudah, ia mendapat larangan dari ketua adat. Namun, karena ia dapat meyakinkan bahwa penggunaan internet untuk kebaikan masyarakat setempat, akhirnya ia mendapat izin.

 

 

Setelahnya Narman pun membuat website khusus bernam Baduy Craft yang ia gunakan sebagai tempat untuk memasarkan kerajian tangan Suku Baduy secara online.

Pemuda kelahiran tahun 1989 itu juga membuat akun Instagram khusus Baduy Craft untuk memperluas pemasaran produknya.

Menurut Narman, misi untuk menjual kerajinan tangan dari Suku Baduy secara online hanya satu, yakni memajukan ekonomi warga setempat.

Meskipun ide memasarkan produk kerajinan tangan Suku Baduy sudah memiliki titik terang, Narman masih harus berjuang menghadapi rintangan seperti lokasi tempatnya tinggal yang membuat ia kesulitan untuk mendistribusikan barang kerajinan yang ia jual, serta kesulitan sinyal internet.

Mengutip dari jabar.viva.co.id, Narman harus menempuh perjalanan sejauh dua kilometer ke Desa Ciboleger hanya untuk mencari sinyal internet.

Tidak hanya itu, ia masih harus berjalan sekitar 12 kilometer untuk mengirimkan barang ke agen pengiriman agar barang yang dipesan bisa sampai ke tangan konsumen.

Tak sampai di situ, tantangan manajemen, berupa perbedaan kualitas produksi juga menjadi salah satu hal yang harus ia hadapi, karena masyarakat Baduy tidak memiliki rumah produksi terpusat, sehingga menyulitkan koordinasi barang.

Meskipun begitu, Narman tidak pantang menyerah. Demi memajukan perekonomian masyarakat Suku Baduy, ia rela mengubah pandangan mutlak masyarakat setempat mengenai perkembangan teknologi yang bisa membawa dampak positif.

Karena kegigihannya tersebut, Narman mendapatkan apresiasi dari ASTRA melalui penghargaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2018, atas kiprahnya di bidang UMKM.

Kini dengan adanya Baduy Craft yang dikelola Narman, masyarakat Suku Baduy memiliki tempat untuk memasarkan produk kerajinan mereka, dan memperkenalkan adat dan istiadat serta keindahan nilai budaya mereka yang tinggi kepada dunia luar.

 

 

Hasil kerajinan yang dijual di Baduy Craft kini juga telah tersedia di sejumlah ecommerce terkenal di Indonesia.

Tidak hanya itu, Narman juga rajin mengikuti kegiatan pameran dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkenalkan kerajinan tangan masyarakat Suku Baduy.