Kisah Lestya Dewi Ratnawati, Local Champion KBA RW 14 Perwira Bekasi Raih Banyak Prestasi

Lestya bersama Cinta Laura saat acara World Clean up Day di Jakarta
Sumber :
  • dokumen pribadi Lestya Dewi Ratnawati

"2017 dikeluarkan perwal walikota tentang setiap RW harus mempunyai bank sampah itupun hanya sebagai hitam di atas putih tapi kegiatannya tidak ada dan saya mencoba untuk menerapkan perwal itu di skala RT tapi tanpa respon yang baik dari para pengurus RT maupun RW," kenang Lestya. 

Semua berubah setelah banyak dukungan serta usul dari masyarakat RW 14 Perwira Bekasi yang meminta suami Lestya untuk menjadi ketua RW karena mereka ingin perubahan lingkungan yang lebih baik.

Melalui proses demokrasi, pemilihan pada September 2019 masyarakat mutlak memilih suami Lestya menjadi Ketua RW. Seminggu setelah SK Ketua RW keluar, suami Lestya melakukan pertemuan dengan mengundang para pengurus RT dan RW beserta istri-istri mereka, tokoh masyarakat, tokoh agama, para karangtaruna guna menyamakan persepsi tentang apa yang akan dilakukan terhadap lingkungan mereka.

Maka, tercapailah kesepakatan untuk menjalankan program pemerintah yaitu satu RW satu bank sampah. Membentuk koordinator di setiap RT yang dipimpin Ketua RT masing-masing. Hasil uang dari bank sampah difokuskan untuk pengelolaan lingkungan di sepanjang fasum pinggir makam yang belum tertata dengan baik. 

Sebagai informasi, dahulu lingkungan kelurahan Perwira RW. 14 berbatasan persis dengan makam umum perwira yang hampir semua orang di kota Bekasi disemayamkan di sana. Terdapat dua pintu, satu di dekat makam bisa langsung ke pasar, satu pintu lainnya merupakan akses keluar masuk perumahan. Terdiri dari dua wilayah yaitu RW. 14 kelurahan Perwira dan RW. 15 kelurahan Harapan Baru dalam satu kecamatan Bekasi Utara. Di sepanjang fasum pinggir makam dijadikan tempat pembuangan sampah liar, pembakaran sampah, pembuangan puing-puing, sangat tidak tertata, kotor, sepi hingga tidak banyak orang yang berani melewati pinggir makam karena terkenal gelap, menakutkan, minim penerangan, jalanan rusak tak mencerminkan kondisi lingkungan yang asri.

"Kita mencoba mengolah lahan itu ternyata memang bawahnya puing-puing bangunan yang tertimbun jadi bukan tanah produktif yang bisa ditanami tanaman menjadi subur. Kami harus memutar otak mengubah lahan itu. Yang bisa kita selamatkan menjadi lahan produktif kita kerjakan yang tidak bisa kita harus punya alternatif lain untuk diapakan lahan ini," ujar Lestya Dewi Ratnawati. 

Kebetulan pada waktu itu, Lestya dan sang suami mempunyai green house sejak tahun 2017. Saat panen, beberapa warga beliau ajak ke green house dan mereka tertarik untuk menanam sayur secara hidroponik. Suami Lestya berinisiatif untuk memindahkan sebagian instalasi hidroponik yang ada di green house ke lahan fasum.

"Kenapa harus memakai hidroponik karena memang sudah benar-benar tidak bisa ditanami dan memang dalamnya itu batu-batu puing. Jadi, kami bertanam sayurnya secara hidroponik. Untuk lahan-lahan yang masih bisa kita tanami, kita mendatangkan beberapa truk tanah merah untuk meninggikan karena memang lahan banjir dan supaya lahan itu menjadi subur dan bisa kita tanami," ungkap Lestya. 

Awal tahun 2020 sebelum terjadinya covid, Bank Sampah Sahabat Bekasi telah membina sekolah yang terletak di sebelah RW. 14 yakni SMPN 38 yang datang untuk ikut melakukan penimbangan sampah di sekolahnya yang dananya dimasukkan kas OSIS sebagai dana operasional OSIS karen sebelumnya sering terkendala dana saat akan melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah.