Nur Rahmi Yanti, Pelopor Usaha Shorgum NTB dengan Omset Ratusan Juta di Era Pandemi
- Humas Astra
Olret – Shorgum adalah salah satu biji-bijian yang banyak mengandung nutrisi, mineral, dan antioksidan. Sayangnya, pamornya yang tidak sepopuler beras, membuat banyak yang tidak tahu kalau shorgum bisa menjadi pengganti nasi.
Menurut Halodoc, shorgum memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Di antaranya: mengurangi peradangan, mencegah kanker, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan pencernaan, dan aman dikonsumsi pengidap penyakit celiac (penyakit autoimun dimana individu mengalami intoleran terhadap gluten, yaitu protein dalam gandum).
Hal ini karena dalam setiap butirnya, shorgum mengandung vitamin B, magnesium, serta metabolik sekunder, seperti: flavonoid, asam fenolik, dan tannin, yang berfungsi sebagai antioksidan.
Tidak hanya itu, seseorang yang mengkonsumsi setengah cangkir sorgum akan mendapat manfaat lebih dari 7 gram serat, atau memenuhi sekitar 25 persen kebutuhan harian tubuh.
Sehingga tak heran bila makanan berserat ini sama baiknya seperti gandum, jagung, dan beras.
Sayangnya, di tahun 2017 banyak petani shorgum NTB yang tidak mengetahui hal ini. Sehingga saat itu, shorgum hanya berakhir sebagai pakan ternak.
Hasilnya, kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan shorgum membuat petani mengalami keterpurukan.
Bayangkan saja, saat itu mereka hanya mendapat penghasilan sekitar Rp500 ribu perbulan.
Tentu nominal ini terbilang kecil untuk mencukupi kebutuhan hidup yang terus merangkak naik.
Nur Rahmi Yanti Pelopor Wirausaha Shorgum di NTB
Keresahan para petani ini membuat hati Nur Rahmi Yanti tergerak untuk menghidupkan kembali petani shorgum. Menurutnya, tanah kelahirannya ini memiliki potensi shorgum yang besar sehingga sangat sayang bila tidak dimanfaatkan sebaik mungkin.
Berawal dari sini, ia pun memutuskan untuk mulai membina dan mendampingi sepuluh orang petani sorghum di 2017.
Melalui pembinaan ini, para petani akhirnya tahu bahwa shorgum bisa diolah menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomis, seperti tepung beras.
Pengetahuan yang didapat petani melalui pendampingan Nur Rahmi Yanti ini membuat para petani mengalami kenaikan pendapatan hingga 3x lipat, rata-rata sekitar Rp 1,5 juta per orang.
Shorgum dari 2 desa di Lombok Tengah ini tidak lagi hanya digunakan sebagai makanan ternak. Namun, Nur Rahmi Yanti melakukan inovasi dan kreasi untuk mengolah shorgum menjadi turunan olahan yang lebih variatif.
Melalui ide briliannya, akhirnya terciptalah produk gula cair batang sorghum, kue kering yang terbuat dari shorgum, mie instan sorghum, susu sorghum, keju vegan sorghum, dan tempe.
Shorgum dan SATU Indonesia Awards
Keuletan wanita asal NTB ini tidak hanya mendapat respon positif dari konsumennya tetapi juga menorah prestasi di tingkat provinsi.
Semangat dan kerja keras Nur Rahmi Yanti untuk bangkit bersama petani shorgum saat mengalami keterpurukan membawanya meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 Tingkat Provinsi.
Melansir anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com, Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards adalah wujud apresiasi Astra bagi para pelopor muda yang melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, atau Teknologi.
Nur Rahmi Yanti dinilai telah berkontribusi bagi masa depan Indonesia, dimana semangatnya sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bangsa dan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.
SDG adalah serangkaian tujuan yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai panduan bagi seluruh negara anggota untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Sejak terpilih sebagai SATU Indonesia Awards 2017, Nur Rahmi Yanti pun berkolaborasi dengan Astra untuk membangun Desa Sejahtera Astra (DSA) Sorghum Lombok pada tahun 2018.
DSA adalah program kontribusi sosial Astra di bidang kewirausahaan di wilayah penerima. Program ini memberi pendampingan bagi masyarakat desa, mulai dari pelatihan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana, hingga fasilitasi akses permodalan dan pemasaran produk.
Bangkit bersama memang perlu dilakukan karena terus berkubang dalam keterpurukan hanya akan menghasilkan hal yang sia-sia.
Terbukti dengan kegigihannya, DSA Sorghum akhirnya berhasil meraih berbagai penghargaan. Di antaranya adalah KBA (Kampung Berseri Astra) & DSA Innovation dan berbagai penghargaan lainnya.
Sebagai tambahan informasi, KBA merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan integrasikan 4 pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan.
Sehingga kolaborasi masyarakat dan perusahaan ini dapat mewujudkan wilayah yang produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat KBA.
Meningkatnya Kesejahteraan Petani Shorgum
Tingginya permintaan pasar membuat petani binaan yang awalnya hanya 10 orang akhirnya terus berkembang hingga menjadi 1000 orang.
Lahan yang awalnya hanya ada di 2 desa di Lombok Tengah kemudian menyebar hingga ke 22 desa di Kabupaten Bima, Kabupaten Mataram, dan Lombok Tengah di tahun 2021. Bahkan garapan lahan sorghum ini mencapai kurang lebih 500 Ha.
Menurut laporan, petani bahkan menghasilkan hingga 10 ton shorgum perbulan dari yang awalnya hanya 5 ton saja.
Dengan harga beli shorgum kering senilai Rp5.000 per kilogram, petani bisa mendapatkan omset sekitar Rp35 juta dari produksi 8 ton per Ha selama masa tanam 3.
Lahan untuk Pasokan Shorgum Nasional
Di tahun 2023 ini, Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Fathul Gani, menyebutkan bahwa pihaknya akan menyiapkan 2 Ha lahan untuk pengembangan shorgum di Lombok Tengah dan Sumbawa.
Memprioritaskan ini dilakukan karena potensi lahan shorgum di NTB dinilai sangat luar biasa. Sehingga pemerintah daerah berharap agar NTB bisa menjadi salah satu daerah sentra shorgum nasional.
Sebagai tambahan informasi, shorgum adalah tanaman yang tidak butuh terlalu banyak air karena bisa hidup di lahan tadah hujan. Selain itu, dari ratusan hektar lahan, petani juga bisa menerapkan pola seling antara penanaman jagung dan shorgum.
Wirausaha Shorgum yang Meroket saat Pandemi
Tak lelah melakukan inovasi di tengah gempuran makanan kekikian membuat kewirausahaan shorgum Nur Rahmi Yanti tetap menguat, bahkan ketika pandemi.
Tercatat ada 20 varian shorgum telah dipasarkan ke Medan, Pekanbaru, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Bali, serta 7 negara secara internasional.
Di tahun 2020, Nur Rahmi Yanti mengaku awalnya hanya mengekspor 1000 produk shorgum ke Singapura Belanda, Tiongkok. Saat itu ia mengaku bahwa nilai produknya masih kecil, hanya Rp20 juta saja.
Namun seiring berjalannya waktu, permintaan dari mitra bisnisnya di Turki dan Dubai datang di 2021. Pesanan ini pun membawa pundi-pundi rupiah yang lebih besar bagi Nur Rahmi Yanti dan para petani. Total nilai ekspor produk ini bahkan dilaporkan naik 100% menjadi Rp40 juta.
Tidak berhenti sampai di situ, omset Nur Rahmi Yanti semakin meroket di awal 2022 ketika permintaan datang dari Malaysia dan Timor Leste. Bahkan saat itu ia berhasil mengirim barang senilai Rp700 juta.
Omset fantastis ini ia peroleh karena ada pembeli dari luar negeri yang langsung datang ke tempatnya, serta teknik pemasaran secara daring melalui markerplace.
Di Mataram sendiri, shorgum olahan ini telah diminati oleh hotel, restoran, toko kue, dan toko penjual bahan kue.
Sudah pernah mencoba olahan shorgum ini, belum?