Mohammad Afifi Romadhoni Dokter Muda Menebar Hidup Sehat di Pondok Pesantren Melalui GPS
- www.instagram.com/afifmohd13
Olret – Dilansir dari Wikipedia, Indonesia adalah negara berpendudukan mayoritas Muslim terbesar di dunia dengan 231 juta penganut. Islam sendiri adalah agama terbesar di Indonesia dengan 86,7 % penduduknya adalah muslim.
Salah satu cara penyebaran, pengenalan dan pengajaran agama Islam di Indonesia dilakukan melalui sektor pendidikan yang dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren adalah sebuah institusi pendidikan Islam Tradisional yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu berkonsep asrama dimana santri atau siswanya hidup bersama-sama dibawah didikan seorang guru yang disebut kiai atau ustad. Pondok Pesantren berbeda dengan lembaga pendidikan formal dan swasta.
Pondok Pesantren berfokus pada nilai-nilai agama, membangun Spiritualis santri dimana belajar dan memperdalam ilmu tentang agama adalah pondasi utama dalam sektor pendidikan ini. Tidak hanya itu kehidupan Pesantren juga mengajarkan santrinya untuk mengembangkan pengetahuan serta membentuk karakter santri yang beradab.
Peran Pondok Pesantren dalam masa-masa awal penyebaran Islam di Nusantara sangatlah besar. Sumbangsih yang diberikan kepada masyarakat sangat berdampak dalam kehidupan sosial dan beragama. Banyak juga para petinggi negeri yang merupakan lulusan dari Pondok Pesantren.
Tidak heran jika Pondok Pesantren tersebar hingga pelosok negeri. Perkembangan pondok Pesantren di Indonesia pun kian meningkat termasuk di Provinsi Jambi.
ADAT BERSENDI SYARAK, SYARAK BERSANDI KITABULLAH
Seloko atau nilai adat dan agama yang masih dipegang dalam hidup masyarakat Jambi. Tidak heran jika kehidupan dalam lingkungan masyarakatnya masih berpegang teguh pada nilai-nilai agama sehingga Pondok Pesantren tersebar luas di Provinsi Jambi.
Hal yang wajar jika sampai detik ini Pondok Pesantren masih banyak diminati dan menjadi pilihan orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Salah satunya adalah dr. Mohammad Afifi Romadhoni pria kelahiran Muara Enim, Sumatera Selatan, tahun 1992 ini.
Meski begitu stigma yang beredar di Masyarakt mengenai Pondok Pesantren adalah lingkungan yang kurang sehat, kurang menjaga kebersihan.
Saya memiliki saudara yang tinggal di Pondok Pesantren, pernah satu hari ikut mengunjunginya di Pondok, kondisi kamar diisi 4-5 orang, saling tukar alat mandi seperti shampoo, sabun, odol adalah hal yang wajar, dan terkadang mereka juga tukaran handuk. Sehingga tidak heran jika saudara saya ini sering mengeluh gatal-gatal dan demam.
Situasi ini di amini oleh Mohammad Afifi dalam sebuah tanya jawab disaluran Youtube “JADI PNS”, sebagai mantan santri yang pernah mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren, Mohammad Afifi mengetahui betul bagaimana kehidupan di Pondok Pesantren, baik lingkungan,kesehatan dan gaya hidup santrinya.
Berangkat dari pengalaman Afif sapaan akrabnya, tercetus ide membangun sebuah Gerakan Pesantren Sehat (GPS), bersama dengan teman-temannya Afif aktif memberikan penyuluhan kesehatan kepada para santri yang rentan masalah kesehatan, fisik dan mental karena tinggal berjauhan dengan orangtua dan berkelompok.
BANYAK PROGRAM-PROGRAM KEBAIKAN
Edukasi yang diberikan Gerakan Pesantren Sehat (GPS) dalam hal kebersihan dimulai dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari mencuci tangan dengan benar sampai dengan kebersihan asrama.
Sedangkan untuk edukasi kesehatannya meliputi edukasi tentang makanan sehat, olahraga bersama, tidak merokok, vaksinasi dan lain sebagainya. Edukasi kesehatan dan kebersihan ini dilakukan oleh anggota dan relawan GPS dengan melakukan pembinaan di enam pesantren yang ada di Jambi
Melalui seruan “ Menebar Semangat Hidup Sehat”, pria lulusan Universitas Jambi Fakultas Kedokteran ini memiliki beberapa program unggulan dalam kegiatannya yaitu Sharing Class dan Cerita Santri (CS). Dari dua program ini Afif dan kawan-kawan sering bertemu kasus santriwati yang mendapat pelecehan seksual maupun pembullyan senior ke junior dan lainnya sehingga mereka melakukan pembinaan, pendampingan dan mentoring kepada santri untuk memulihkan trauma dan mental akibat kejadian tersebut sehingga mencari solusi dari permasalahan yang ada.
Selain program kebersihan dan kesehatan GPS juga memiliki program lainnya seperti Inisiasi Patok (Pesantren Tanpa Asap Rokok), BOOK4SANTRI (Donasi Buku Bacaan untuk Santri), Lomba dan Kegiatan Evaluasi sejenis cerdas cermat dengan tema kesehatan, Pemilihan Duta SanSet (Santri Sehat) Provinsi Jambi, SETARA (Santri Sehat Ramadhan Berkah) dan lain-lain.
Tidak hanya program untuk santri, namun GPS juga memiliki program untuk pembinaan relawannya, seperti DOKTREN (dokter pesantren) yang nantinya akan menjadi agent di pesantren, Oprec New Volunter, dimana setiap tahunnya GPS akan membuka penerimaan relawan-relawan baru. Melalui program VOL-SCHOOL setiap relawan akan mendapatkan pembinaan untuk meningkatkan soft-skillsnya.
TANTANGAN DALAM MENEBAR SEMANGAT SEHAT PESANTREN
Berdiri sejak 21 Mei 2017, Gerakan Pesantren Sehat(GPS) tidak seindah cerita yang dibagikan namun ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Dikatakan oleh dr.Mohammad Afifi Romadhoni, diawal berdirinya, ia mengkhususkan relawan yang tergabung harus memiliki latarbelakang pendidikan kesehatan, entah itu dokter, perawat, psikologi atau kesehatan masyarakat.
Dimana saat dilapangan banyak yang jtidak bisa mengikuti program kegiatan dikarenakan jadwal yang tumpang tindih dengan relawan ada yang sedang jaga klinik, koas sehingga sempat berjalan tersendat-sendat.
Sehingga ia melakukan open recruitment melalui laman instagramnya, namun masalah baru muncul sebab relawan-relawan ini memiliki latar belakang yang berbeda. Mohammad Afifi harus memberikan pembinaan terlebih dahulu kepada para relawan baru yang mayoritas mahasiswa sebelum melakukan pembinaan di pondok-pondok pesantren.
Selain itu tantangan yang paling besar adalah konsisten terutama pada dirinya sendiri. Sebab Afif sendiri memiliki kesibukan personal sehingga menjadi tantangan tersendiri baginya supaya GPS tetap ‘hidup’ dan tidak hilang begitu saja.
APRESIASI SATU INDONESIA
Dari kontribusinya untuk para santri dan mengajak banyak orang untuk berpartisipasi peduli pada kesehatan dan kebersihan, dr. Mohammad Afifi Romadhoni mendapat apresiasi Penerimaan Penghargaan Satu Indonesia Awards, bidang Kesehatan tahun 2019 dari ASTRA Indonesia.
Pada 14 November 2019, ASTRA mengadaptasi kegiatan Gerakan Pesantren Sehat pada 24 pesantren binaan ASTRA. Dan ditambahkan oleh Afifi, pada tahun 2021, Gerakan Pesantren Sehat (GPS) diaplikasi pada seluruh pesantren se-Indonesia kerjasama Astra di level nasional.
Selain itu atas dedikasinya, pria yang dijuluki Dokter Pesantren ini resmi menjadi bagian dari Kemenkes RI Nusantara Sehat (NS) dan Gerakan Pesantren Sehat yang semula hanya sebuah komunitas resmi menjadi sebuah Yayasan Sosial Kepemudaan Peduli Kesehatan di Lingkungan Pemondokan dan Pesantren pada Juni 2020.
Waww, keren ya sosok muda penuh inspiratif yang sangat peduli pada kesehatan anak muda terutama di lingkungan pondok pesantren.
Semoga dengan Gerakan Pesantren Sehat yang didirikan Mohammad Afifi dapat mengubah stigma masyarakat akan Pondok Pesantren yang kurang menjaga kesehatan dan kebersihan menjadi lebih baik lagi.