Moonbin ASTRO Diduga Bunuh Diri, Ini Pandangan Budha Tentang Kematian
Olret – Kepergian Moonbin ASTRO selamanya menyimpan luka yang mendalam bagi keluarga, sahabat, member ASTRO dan AROHA yang ada di berbagai belahan dunia ini.
Bahkan sampai saat ini, hastag Moonbin, ASTRO, Senha dan member lainnya menduduki trending topik di twitter. Seperti diberikatakan sebelumnya bahwa Moonbin mengakhiri hidupnya diduga dengan bunuh diri.
Dalam pandangan islam, bunuh diri merupakan perbuatan dosa besar. Lantas bagaimana dengan pandangan agama budha?
Pandangan Agama Budha tentang Kematian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dela Agisti, dalam skripnya yang berjudul "DOKTRIN BUDDHISME TENTANG KEMATIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN UMAT BUDDHA DI VIHARA DHARMA BHAKTI" menyebutkan bahwa kematian dalam agama Buddha bukanlah akhir dari semunya tetapi akan dilahirkan kembali, yang dilahirkan bukan roh tetapi patisandhi vinnana.
Menurut Agama Buddha, kematian terjadi dapat disebabkan oleh empat hal yaitu,
- habisnya kekuatan janakakamma,
- habisnya masa kehidupan,
- habisnya
janakkamma dan habisnya masa kehidupan secara bersama-sama (ubhayakkhaya) - ,dan munculnya kamma penghancur atau kamma pemotong yang kuat sehingga walaupun janaka kamma dan ayukkhaya belum habis orang tersebut meninggal dengan cepat (uppacchedaka kamma)
Perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan empat penyebab kematian tersebut berturut-turut adalah bagaikan pelita yang padam akibat habisnya sumbu, habisnya bahan bakar, habisnya sumbu serta bahan bakar, dan karena angin.
Perenungan akan kematian memberikan manfaat yang sangat besar kepada siapapun baik ketika masih hidup maupun ketika mendekati ajal.
Sumber Ajaran Budha
Salah satu pembahasan tentang sumber ajaran budha adalah kitab Tripitaka yang berisi kumpulan khutbah, keterangan mengenai ajaran hidup dan perumpamaan, serta percakapan yang pernah dilakukan Sang Buddha dengan para siswa dan pengikutnya.
Sumber ajaran tripitaka oleh para siswanya dibagi menjadi tiga kelompok-kelompok besar, salah satunya adalah Vinaya Pittaka.
Vinaya pitaka berisi peraturan-peraturan untuk mengatur tatatertib sangha atau jemaat, kehidupan sehari-hari para bhikku atau rahib dan sebagainya. Selain itu, kitab suci Vinaya Pitaka ini juga berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikku dan Bhikkuni. dan terdiri atas Sutra Vibanga, Khandaka, dan Parivawa.
Bunuh diri sendiri dijelaskan dalam Kitab Sutra Vibanga. Kitab Sutra Vibanga ini berisi tentang peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni. Bhikkhu vibanga berisi 227 peraturan yang mencakup delapan jenis pelanggaran, diantaranya terdapat empat pelanggaran yang menyebabkan dikeluarkannya seorang bhikkhu dari sangha dan tidak dapat menjadi bhikkhu lagi seumur
hidup.
Keempat pelanggaran itu adalah: berhubungan kelamin,mencuri, membunuh atau menganjurkan orang lain bunuh diri, dan membanggakan diri secara tidak benar tentang tingkat-tingkat kesucian atau kekuatan-kekuatan batin luar biasa yang dicapai.
Ketujuh jenis pelanggaran yang lain ditetapkan hukuman dan pembersihan yang sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang bersangkutan. Bhikkhuni vibanga berisi peraturan-peraturan yang serupa bagi para Bhikkhuni, hanya jumlahnya lebih banyak.
Artikel ini bersumber dari skripsi yang dipublikasikan oleh Dela Agisti program studi Agama-agama dari Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung pada tahun 2018 silam.
Pemberitaan berikut ini tidak untuk menginspirasi dan diimbau anda tak menirunya. Jika anda merasakan gejala depresi, permasalahan psikologi yang berujung pemikiran untuk melakukan bunuh diri segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu anda seperti psikolog, psikiater atau klinik kesehatan mental.